Sunday, April 7, 2019

Makalah telaah kurikulum


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam banyak literatur kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa, kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut. Pengertian kualitas pendidikan di sini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik, kualitas bahan atau konten pendidikan yang harus dipelajari oleh peserta didik, kualitas proses pendidikan yang harus dialami oleh peserta didik. Kurikulum dalam bentuk fisik, seringkali menjadi fokus utama dalam setiap proses pengembangan kurikulum karena ia menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil keputusan yang digunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum sebagai suatu pengalaman.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Indonesia telah berkali-kali berganti kurikulum, milai dari kurikulum tahun 1947, tahun 1952, tahun 1964, tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, tahun 2004, dan tahun 2006, serta yang terbaru adalah kurikulum tahun 2013. Sebetulnya kita tidak perlu merasa heran dengan hal tersebut, karena dinamika tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan IPTEK dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Namun yang jelas, perkembangan semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan Kurikulum 1984, dan dilaksanakan sesuai dengan UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal tersebut berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester, ke sistem catur wulan. Dengan diberlakunkannya sistem catur wulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap, diharapkan dapat memberi kesempatan bagi peserta didik untuk dapat menerima materi pelajaran dengan cukup banyak.
           
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah latar belakang diberlakukannya kurikulum 1994?
2.      Bagaimanakah karakteristik kurikulum 1994?
3.      Apa ciri-ciri kurikulum 1994?
4.      Bagaimana tujuan kurikulum 1994?
5.      Bagaimana proses pembelajaran kurikulum 1994?
6.      Bagaimana cara penialaian dalam kurikulum 1994?
7.      Bagaimana Program Pengajaran Biologi SLTP&SMU pada kurikulum 1994?
8.      Apakah kelebihan dan kekurangan kurikulum 1994?
9.      Bagimana seputar permasalahan kurikulum 1994?
10.  Apakah pengertian pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)?
11.  Bagimana hakikat pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)?
12.  Bagaimana prinsip–prinsip pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)?
13.  Bagaimana rambu– rambu pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)?
14.  Bagaimana pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dalam pembelajaran?
15.  Apakah kelebihan dan kekurangan kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)?

C.    Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah yaitu:
1.      Untuk mengetahui latar belakang diberlakukannya kurikulum 1994.
2.      Untuk mengetahui karakteristik kurikulum 1994.
3.      Untuk mengetahui ciri–ciri kurikulum 1994.
4.      Untuk mengetahui tujuan kurikulum 1994.
5.      Untuk mengetahui proses pembelajaran kurikulum 1994.
6.      Untuk mengetahui cara penialaian dalam kurikulum 1994.
7.      Untuk mengetahui Program Pengajaran Biologi SLTP&SMU pada kurikulum 1994.
8.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kurikulum 1994.
9.      Untuk mengetahui seputar permasalahan kurikulum 1994.
10.  Untuk mengetahui pengertian pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
11.  Untuk mengetahui hakikat pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
12.  Untuk mengetahui prinsip–prinsip pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
13.  Untuk mengetahui rambu– rambu pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
14.  Untuk mengetahui pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dalam Pembelajaran.
15.  Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).














BAB II
PEMBAHASAN

A.       Latar Belakang Diberlakukannya Kurikulum 1994
Kurikulum ini merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, dengan dasar kurikulum 1984 pada kurikulum 1994 muncul istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Kegiatan belajar cenderung didalam kelas, mengejar target berupa materi yang harus dikuasai, berorientasi kognitif. Yang dilaksanakan sesuai dengan Undang – Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sitem Pendidikan Nasional. Menurut Undang – Undang tersebut, pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berbudi luhur, memiliki keterampilan dan pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pada tahun 1993, disinyalir bahwa kurikulum 1984 yang proses pembelajarannya menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar yang kurang memperhatikan muatan pelajaran, sehingga lahirlah sebagai penggantinya adalah kurikulum 1994.
Jika ditelaah dengan cermat, dapat dipahami bahwa kurikulum 1994 yang menekankan aspek kebermaknaan merupakan perbaikan atau penyempurnaan dari kurikulum sebelumnnya yang menggunakan model pembelajaran CBSA. Inti pokok persamaan yang dapat dilihat adalah bahwa :
1.    Siswa mendapat subyek yang berperan aktif dalam melakukan tindak pembelajaran dikelas.
2.   Tindak pembelajaran lebih menggunakan proses daripada produk.
3.    Kesalahan yang dilakukan siswa dalam memahami dan atau melakukan proses pembelajaran tidak dianggap sebagai kegagalan, namun dianggap sebagai dari proses pembelajaran.

Perbedaannya adalah kurikulum 1994 menekankan unsur atau asas kebermaknaan sedngkan CBSA menekankan keaktifan siswa. Pada kurikulum 1994, pendidikan dasar diwajibkan menjadi 9 tahun (SD dan SMP). Berdasarkan strukturnya, kurikulum 1994 berusaha menyatukan kurikulum sbelumnya, yaitu kurikulum 1975 dengan pendekatan tujuan dan kurikulum 1994 dengan tujuan pendekatan proses.
Adapun yang menjadi latar belakang diberlakukannya kurikulum 1994 adalah sebagai berikut.
1.   Bahwa sesuai Undang – Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang – Undang.
2.   Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaran pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, perkembangan masyarakat, serta kebutuhan pembangunan.
3.   Dengan berlakunya Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka Kurikulum Sekolah Menengah Umum perlu disesuaikan dengan peraturan undang – undang tersebut. Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena suasana pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar.
Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi atau isi pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga saat siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang – Undang No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem semester ke sistem catur wulan. Dengan sistem catur wulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran yang cukup banyak.

B.       Karakteristik Kurikulum 1994
1.    Keterlibatan intelektual, emosional siswa dalam proses belajar mengajar.
2.    Terjadi asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman lengsung terhadap umpan balik (feedback) dalam pembentukan keterampilan.
3.   Penghayatan serta internalisasi nilai–nilai dalam bentuk sikap.
Dalam kurikulum 1994, pembelajaran Biologi  mempunyai karakter yang khas, struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian seperti komputer semakin mendalam, model–model pembelajaran Biologi  kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya, pembelajaran Biologi  saai itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal–hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari–hari.

C.  Ciri – Ciri Kurikulum 1994
1.      Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
2.      Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi atau isi pelajaran).
3.      Kurikulum 1994 bersufat populis, yaitu yang meberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
4.      Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menngunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru sapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen (terbuka), divergen (memungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
5.      Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep atau pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
6.      Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
7.      Pengulangan – pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.
8.      Kurikulum 1994 menggunakan pendekatan isi atau meteri sejumlah pelajaran yang wajib ditransfer pada diri siswa. Siswa dianggap sukses bila menguasai seluruh mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan teori Tabularasa John Locke.
9.      Dalam kurikulum 1994, pemerintah pusat lebih mendominasi materi pembelajaran dengan muatan kurikulum nasional sebanyak 80 , sedangkan pihak daerah 20.
10.  Dalam kurikulum 1994 guru berperan sangat penting, karena guru merupakan sumber belajar satu – satunya yang dimiliki oleh siswa.

D.  Tujuan Kurikulum 1994
a.    Tujuan Nasional
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu menusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta kemasyarakatan dan kebangsaan (Pasal 4 Undang – Undang Nomor 2 Thun 1989).
b.    Tujuan Umum
Tujuan umum dari kurikulum 1994 yaitu, mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, jujur, cermat, efektif dan efisien. Salah satu kegiatan yang memungkinkan agar tujuan tersebut bisa tercapai adalah siswa diharapkan mau mengikuti ajang kompetisi dalam bidang Biologi , baik di dalam kora maupun di luar kota, bahkan memungkinkan siswa diikutsetakan dalam ajang kompetisi di luar negeri.
Selain itu tujuan dari diterapkannya kurikulum 1994 adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui siswa yang telah mampu menguasai materi yang diberikan. Bahan ajar yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa harus berdasarkan TIU (Tujuan Institusional Umum) dan TIK (Tujuan Institusional Khusus) atau berdasarkan tujuan pembelajarannya dan menyiapkan siswa untuk melenjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

E.       Proses Pembelajaran
Kegiatan belajar siswa cenderung di dalam kelas. Proses pembelajaran bersifat klasikal dengan tujuan agar siswa mengusai materi pelajaran dengan baik. Guru dianggap sebagai pusat dari pembelajaran, karena guru menyampaikan materi hanya menggunakan satu metode saja, yaitu metode ceramah. Oleh karena itu guru dianggap sebagai pusat pembelajaran. Serta guru mengajar dikelas hanya mengejar target berupa materi yang harus dikuasai dan berorientasi kognitif.

F.   Cara Penialaian dalam Kurikulum 1994
Pada kurikulum 1994, cara penilaian di fokuskan kepada aspek kognitif, lebih kepada pemahaman siswa tentang materi. Penyusunan bahan penilaian didasarkan pada tujuan per-kelas dan per-semester. Pada kurikulum ini, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan berdasarkan perolehan nilai yang dapat dibandingkan dengan siswa yang lainnya. Evaluasi pelajaran dilaksanakan dengan teknik paper dan pencil test.
Penilaian Ulangan Harian, bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa menurut tujuan khusus pembelajaran dan untuk mengidentifikasikan tujuan – tujuan khusus yang perlu diperhatikan dalam pengajaran selanjutnya.
Penilaian Ulangan Umum, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran mengenai sejumlah bahan kajian tertentu dan sesudah rentang waktu tertentu yang telah dicapai oleh siswa, dalam penilaian ulangan umum.
Bentuk – bentuk penilaian pada kurikulum 1994, yaitu :
1.      Penilaian Tertulis
2.      Penilaian Lisan
3.      Penilaian Perbuatan dan Penampilan.

G.  Program Pengajaran Biologi SLTP&SMU pada Kurikulum 1994
Program pengajaran Biologi SLTP dan SMU baik Pokok Bahasan (PB) maupun Sub Pokok Bahasan (SPB) per catur wulan serta perkiraan waktunya, dapat dilihat pada GBPP mata pelajaran Biologi SLTP dan SMU kurikulum 1994.
Perlu diketahui, bahwa GBPP SMU tahun 1994 mengalami perubahan sebagai penyempurnaan Kurikulum 1994, sehingga muncul suplemen GBPP. Penyesuaian ini dibuat berdasarkan hasil kajian, penelitian, dan masukan dari lapangan serta masukan instansi yang terkait. Secara umum perubahan GBPP yang terdapat pada suplemen ini adalah sebagai berikut :
1.      Membuang pokok bahasan yang kurang esensial atau kurang relevan
2.      Menunda pembahasan pada kelas yang lebih tinggi dan sebaliknya
3.      Menjadikan materi wajib menjadi pengayaan dan bahasan, dan menyempurnakan kalimat pada GBPP yang dianggap kurang jelas.
Dalam program pembelajaran di atas, pokok bahasan dan sub pokok bahasan sudah disesuaikan dengan perubahan yang ada, namun perubahan detail dari butiran setiap SBP yang diubah tidak dituliskan. Rincian perubahan telah termuat dalam Suplemen SBPP.
Dengan melakukan telaah materi atau bahan yang ada dalam Bagian Program Pengajaran dari GBPP Biologi  tersebut, maka kita akan mendapatkan suatu informasi tentang kedalaman serta keluasan dari setiap pokok atau sub pokok bahasan. Informasi ini sangan penting bagi guru dalam melihat hubungan serta peta antara suatu konsep dengan konsep lainnya, sehingga memungkinkan memperkirakan urutan bahan yang akan diajarkan.
Selanjutnya kita perlu pula melihat penyebaran alokasi waktu untuk masing – masing unit Biologi  untuk setiap kelas dan setiap catur wulan. Hal ini sangat penting untuk diketahui, karena dari sinilah kita dapat melihat jelas bahan kajian Biologi  pada sekolah menurut kurikulum, sehingga akan membantu kita untuk menjabarkan GBPP ke dalam bentuk program atau perencanaan atau persiapan dalam pembelajarannya.
Sebelum menyusun program, baik itu Program Tahunan, Program Catur Wulan (PCW), dan persiapan bahan mengajar yang terdiri atas Program Satuan Pelajaran (PSP), yaitu program pembelajaran untuk satu Pokok Bahasan dan Rencana Pengajaran (RP) yang memuat rencana pembelajaran untuk satu pertemuan, sangatlah penting untuk melakukan Analisis Materi Pelajaran (AMP) terlebih dahulu.
Dalam AMP ini perlu dimuat bahan pelajaran (pokok atau sub pokok bahasan), penjabaran bahan pengajaran, metodologi, sarana, serta perkiraan alokasi waktu untuk setiap bahan tersebut.
Pada Program Tahunan, terdapat lima komponen. Karena program tahunan disajikan dalam bentuk tabel, maka pada tabel tersebut terdapat lima kolom, yaitu secara berturut – turut :
1.      Catur Wulan
2.      Nomor PSP
3.      Pokok Bahasan
4.      Alokasi Waktu
5.      Keterangan.
Komponen yang harus ada dalam Program Catur Wulan yaitu :
1.      Perhitungan Alokasi Waktu
2.      Distribusi Alokasi Waktu
3.      Rincian Waktu.
Adapun komponen yang harus ada pada Program Satuan Pelajaran (PSP) adalah :
1.      Tujuan pembelajaran pokok bahasan.
2.      Materi pelajaran, sumber atau alat, dan alokasi waktu.
3.      Rencana pelajaran, biasanya rencana pelajaran ini dibuat secara terpisah, dalam PSP ini hanya dicantumkan terlampir.
4.    Penilaian, yang diuraikan lagi menjadi dua bagian, yaitu prosedur penilaian dan alat penilaian. Alat penilaian juga biasanya dibuat secara tersendiri. Namun pada umumnya sebelum penilaian, dicantumkan pula komponen lain, yaitu pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan.
Sedangkan komponen yang harus ada pada Rencana Pengajaran, ialah Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian proses serta kuncinya.

H.      Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1994
  Kelebihan Kurikulum 1994
1.  Penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
2.  Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
3.   Kurikulum yang dibuat dengan berdasarkan activate learning (pembelajaran aktif) yang menekankan pada pendekatan konsep dan keterampilan proses.
4.   Struktur horizontal, termasuk ke dalam seperated subject (terpisah). Hal ini menandakan pada tingkatan SMA materi sudah terpisah, contohnya materi IPA dipecah menjadi fisika, biologi, dan kimia.
5.  Pelaksanaan kurikulum di sekolah yang merupakan sistem catur wulan. Sistem catur wulang membagi waktu belajar satu tahun ajaran menjadi tiga bagian waktu yang masing – masing disebut catur wulan (1 tahun  3 catur wulan).
6.   Kurikulum 1994 termasuk kurikulum yang menganut konsep akademis, karena kurikulum 1994 sesuai dengan aliran filsafat perenialisme. Karena pada kurikulum 1994 lebih fokus kepada aspek kognitif siswa.
  Kekurangan Kurikulum 1994
1.     Aspek yang dikedepankan dalam kurikulum 1994 terlalu padat dan banyak.
2.     Konsep pengajaran saru arah dari guru ke murid.
3.     Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi atau substansi pada setiap mata pelajaran.
4.     Materi pelajaran yang dianggap terlalu sukar, karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari – hari.
5.    Proses pembelajaran yang bersifat klasikal denngan tujuan menguasai materi pelajaran, dengan hanya menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran di kelas.
6.    Metode yang digunakan untuk mengajar oleh guru di kelas cenderung monotone, yaitu hanya menggunakan metode ceramah saja dan tidak menggunakan metode – metode lain.
7.    Guru mengajar hanya mengejar target berupa materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa.
8.    Pemerintah pusat lebih mendominasi materi pembelajaran dengan muatan kurikulum nasional sebanyak 80 , sedangkan pihak daerah yang pada hakikatnya mengetahui keadaan, kebutuhan dan potensi wilayahnya hanya mendapat kesempatan 20 .
9.    Materi yang diberikan terkesan overload, sehingga yang terjadi pengulangan – pengulangan materi. Hal ini juga menyebabkan pemborosan waktu, tenaga dan pikiran, namun juga kebosanan atau kejenuhan pada diri siswa.

I.      Seputar Permasalahan Kurikulum 1994
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecnderungan kepada pendekatan pengusaaan materi (content oriented), diantaranya sebagai berikut:
1.      Beban belajar siswa terlalu berat, karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi atau substansi setiap mata pelajaran.
2.      Mata pelajaran dianggap terlalu sukar, karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi dalam kehidupan sehari–hari.
3.      Proses pembelajaran bersifat klasikal dengan tujuan menguasai materi pelajara, guru sebagai pusat pembelajaran. Target pembelajaran pada penyampaian materi.
4.      Evaluasi atau sistem penilaian menekankan pada kemampuan kognitif. Keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan atas dasar perolehan nilai yang dapat diperbandingkan dengan nilai siswa lain. Ujian hanya menggunakan teknik paper and pencil test.
Permasalahan diatas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hali ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satun upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1999. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:
1.      Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
2.      Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat anta tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar siswa, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
3.      Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
4.      Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan barbagai aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana prasana termasuk buku pelajaran.
5.      Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
Penyempurnaan kurikulum 1994 pada tingkat pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap, yaitu Tahap Penyempurnaan Jangka Pendek dan Tahap Penyempurnaan Jangka Panjang. Usaha pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran terus menerus dilakukan, seperti penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh praktisi pendidikan, khususnya dalam mata pelajaran Biologi  mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran Biologi  di jenjang persekolahan merupakan suatu kegiatan yang haru dikaji terus menerus dan jika perlu diperbaharui agar dapat sesuai dengan kemampuan siswa serta tuntutan lingkungan.
Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum. Salah satu bentuk inovasi yang dikembangkan pemerintah, guna meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang kurikulum. Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya Undang – Undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Sehingga sebagai konsekuensi logis harus terjaadi juga perubahan struktural dalam penyelenggaraan pendidikan, maka bersamaan dengan hal tersebut terjadilah perubahan lagi pada kurikulum pendidikan.
Kurikulum yang dibentuk pada tahun 2004 sebagai penyempurna dari kurikulum 1994 diberi nama KBK (kurikulum Berbasis Kompetensi).

J.        Pengertian Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudkan juga “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata – mata hanya menyajikan materi belajar. Guru dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar – benar memahami apa yang akan diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang anak, dan akalnya sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara prlahan – lahan maju dalam kegiatan usaha untuk diri sendiri yang terus menerus. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari.
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi. Sehingga terjadi proses – proses mental yang berhubungan dengan aspek – aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terprogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menylsaikan tugas – tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah, tetapi dikerjakan di kelas secara bersama–sama.

K.      Dasar–Dasar Pemikiran Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan usaha “proses pembangkitan kembali” atau usaha pemantapan konsep CBSA yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan–alasan kebangkitan kembali dan usaha peningkatan CBSA dasar. Serta alasan usaha peningkatan CBSA secara rasional adalah sebagai berikut:
1.      Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan demikian, pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar, materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan–pendekatan telah berkembang. Jadi, hampir semua komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan. Perubahan ini mengarah ke segi – segi positif yang harus didukung oleh tindakan secara intelektual oleh kemauan, kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta dengan baik di sekolah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak, bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar untuk memiliki kebisaan belajar. Dalam hubungannya dengan CBSA salah satu kompetensi yang ditntut ialah memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.
2.      Implikasi mental - intelektual - emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi semakin meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusaran atau kumparan elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu untuk meningkatkan konsentrasi belajar. Sifat melit yang disebut juga sebagai ingin tahu (curiousity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan memberi kesempatan untuk melakukan proses belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai dengan isi materi pelajaran.
3.      Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi peluang memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu sendiri. Yang dimaksud dalam hal ini aldah balikan tidak ditunggu sampai akhir ujian akhir, tetapi dapat diperoleh pembelajar dengan segera. Dengan demikian kesalahan–keasalahan dan kekliruan dapat segera diperbaiki. Jadi, CBSA memberi alasan untuk dilaksanakan penilaian secara efektif, secara terus menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif, dan tes sumatif.
4.      Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LPTK (lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar yang tanggung jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini materi pembelajar harus benar–benar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri, pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan secara praktik.

L.       Hakikat Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Siswa pada hakikatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban guru untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan–keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan–keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep, serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar secara aktif. Hakikat dari CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya :
1.   Proses asimilasi atau pengalaman kognitif, yaitu yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan.
2.    Proses perbuatan atau pengalaman langsung, yaitu yang memungkinkan terbentuknya keterampilan.
3.   Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap.
Walaupun demikian, hakikat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan intelektual – emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan – lemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu, guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efisien.

M.   Prinsip–Prinsip Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan–kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalan proses belajar mengajar, baik intelektual–emosional maupun fisik. Prinsip–prinsip CBSA yang nampak terdapat pada empat dimensi berikut :
1.            Dimensi subjek didik
a.       Keberanian mewujudkan minat, kegiatan, pendapat serta dorongan – dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu–ragu mengeluarkan pendapat.
b.      Keberanian untuk mencari kesempatan berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar maupun tindak lanjutnya. Hal ini terwujud bila guru bersikap demokratis.
c.       Kreatifitas siswa dalam menyelsaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
d.      Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dari siapapun termasuk guru.
2.            Dimensi guru
a.       Adanya usaha dari guru untuk mendorong siswa dalam meningkatkan kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar.
b.      Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
c.       Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar mengajar.
d.      Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing–masing.
e.       Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan ini akan menimbulkan lingkungan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
3.            Dimensi program
a.       Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan oleh guru.
b.      Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep  maupun aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
c.       Program yang fleksibel (luwes) yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
4.            Dimensi situasi belajar mengajar
a.       Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, dan bersahabat antar guru dan siswa, maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar mengajar.
b.      Adanya suasana gembira dan bersemangat pada siswa dalam proses belajar mengajar.

N.      Rambu–Rambu Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Yang dimaksud dengan rambu–rambu CBSA adalah perwujudan prinsip–prinsip CBSA yang dapat diukur dari rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan yang paling tinggi, yang berguba untuk menentukan tingkat CBSA dari suatu proses belajar mengajar. Rambu–rambu tersebut dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah suatu proses belajar mengajar memiliki kadar CBSA yang tinggi atau rendah. Jadi bukan menentukan ada atau tidak adanya kadar CBSA dalam proses belajar mengajar. Bagaimanapun lemahnya seorang guru, namun kadar CBSA itu pasti ada, walupun rendah.
1)      Berdasarkan pengelompokan siswa
Strategi belajar mengajar yang dipilih oleh guru harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang sesuai untuk proses belajar secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih tepat untuk proses belajar secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu, keterampilan, alat atau media serta perhatian guru, pengajaran yang berorientasi pada kelompok kadang–kadang lebih efektif.
2)      Berdasarkan Kecepatan Masing–Masing Siswa
Pada saat–saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing–masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar mengajar berdasarkan kecapatan siswa adalah pengajaran dengan menggunakan modul.
3)      Pengelompokan berdasarkan Kemampuan
Pengelompokan yang homogen dan didasarkan pada kemampuan siswa. Bila pada pelaksanaan pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan satu kelompok maka hal ini lebih mudah dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan potensinya secara optimal bila berada disekeliling teman yang hampir sama tingkat perkembangan intelektualnya.
4)      Pengelompokan Berdasarkan Persamaan Minat
Seorang guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkelompok berdasarkan kesamaan minat. Pengelompokan ini biasanya terbentukatas kesamaan minat dan berorientasi pada suatu tugas atau permasalahan yang akan dikerjakan.
5)      Berdasarkan Domain–Domain Tujuan
Strategi belajar mengajar berdasarkan domain atau kawasan atauranah tujuan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.              Menurut Benjamin S. Bloom ada tiga domain, yaitu:
-          Domain kognitif, yang menitik beratkan pada aspek cipta.
-          Domain afektif, yang menitik beratkan pada aspek sikap.
-          Domain psikomotor, yang menitik beratkan untuk aspek gerak.
b.              Gagne mengklasifikasi lima macam kemampuan, yaitu:
-          Keterampilan intelektual.
-          Strategi kognitif.
-          Informasi verbal.
-          Keterampilan motorik.
-          Sikap dan nilai.
CBSA dapat diterapkan dalam setiap proses belajar mengajar. Kadar CBSA dalam setiap proses belajar mengajar dipengaruhi oleh penggunaan strategi belajar mengajar yang diperoleh. Dalam mengkaji ke-CBSA-an dan kebermaknaan kegiatan belajar mengajar, Ausubel mengemukakan dua dimensi, yaitu kebermaknaan bahan serta proses belajar mengajar dan modus kegiatan belajar mengajar. Ausubel mengecam pendapat yang menganggap bahwa kegiatan belajar mengajar dengan modus ekspositorik, misalnya dalam bentuk ceramah mesti kurang bermakna bagi siswa dan sebaliknya kegiatan belajar mengajar dengan modus discovery dianggap selalu bermakna secara optimal. Menurutnya kedua dimensi yang dikemukakan adalah independen, sehingga mungkin saja terjadi pengalaman belajar mengajar dengan modus ekspositorik yang sangat bermakna dan sebaliknya mungkin saja terjasi pengalaman belajar mengajar dengan modus discovery tetapi tanpa sepenuhnya dimengerti oleh siswa. Yang terpenting adalah terjadinya asimilasi kognitif terhadap pengalaman belajar itu sendiri yang dilakukan oleh siswa.

O.      Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dalam Pembelajaran
Sejak dulu selalu dibicarakan msalah cara mengajar guru di kelas. Cara mengajar yang dipakainya dengan istilah metode mengajar. Metode diartikan sebgai cara. Jika diperhatikan berbagai metode yang dikenal dalam dunia pendidikan atau pembelajaran dan jumlahnya semakin berkembang, maka dipertanyakan apakah metode itu?
Ada bebrapa jawaban untuk pertanyaan tersebut, diantaranya “Cara cara penyajian bahan pembelajaran”. Dalam bahasa Inggris disebut “method”. Dalam kata metode tercakup beberapa faktor, seperti penentuan urutan bahan, pentuan tingkat kesukaran bahan, dan suatu sistem tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Disamping istilah metode yang diartikan sebuah “cara”, bahkan ada yang menggunakan dengan istilah “model”.
Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebagai sebuah oendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksud juga dengan “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan da unsur psikhis seperti halnya yang terdapat pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata–mata hanya untuk menyajikan materi ajar. Guru pun dituntut memiliki pendekatan mengajar yang sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan, agar dengan cara demikian pembelajar akan benar–benar memahami apa yang akan diajarkan.
Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang anak dan akalnya sebagai agen yang aktif dan konstruktif, yang secara perlahan–lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus menerus. Keduanya tidak menyukai pendekatan – pendekatan psikologis yang lebih awal. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses–proses mental yang berhubungan dengan aspek–aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.  Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.

P.   Kelebihan dan Kekurangan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
1.      Kelebihan CBSA
a.       Guru tidak lagi menuangkan semua informasi yang dimilikinya kepada siswa. Tetapi, disini guru memberikan bimbingan kepada siswa untuk menemukan fakta dan informasi kemudian mengolah dan mengembangkannya. Dengan kata lain guru tidak melakukan cara pendekatan dengan memberikan ikan kepada siswa, tetapi guru melakukan cara pendekatan dengan memberikan “kail” kepada siswa. Dengan cara begitu siswa akan cepat berkembang dan maju didalam belajarnya.
b.      Siswa lebih menghayati hal–hal yang dipelajari melalui percobaan ataupun praktek langusng, melalui pengalaman terhadap kenyataan langsung dilingkungannya, melalui perlakuan terhadap benda–benda nyata, melalui kegiatan membaca dan menyimak atau melalui penugasan dan melakukan kegiatan tertentu.
c.       Melalui CBSA, pengembangan pengetahuan, keterampilan sikap nilai dapat dipadukan dalam kegiatan belajar mengajar.
d.       Melalui CBSA perbedaan pengembangan berbagai aspek dapat ditangani lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar.
e.       Melalui pendekatan CBSA fisik, mental dan perasaan siswa terlibat dalam proses belajar mengajar dan sangat membantu perkembangan kehidupan siswa seutuhnya.
2.      Kekurangan CBSA
Di dalam penerapannya sering terjadi guru membiarkan siswa belajar sendiri atau mengerjakan tugas yang telah diberikannya, sementara guru bersantai–santai yang akhirnya siswa pun terlantar tanpa bimbingan gurunya.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Curir dalam bahasa Yunani Kuno berarti “pelari” dan Curere artinya “tempat berpacu”. Kemudian diartikan “jarak yang harus ditempuh” oleh pelari. Kurikulum dalam dunia pendidikan dianalogkan sebagai arena tempat berlari peserta didik untuk mencapai finis berupa ijazah. Secara umu kurikulum berarti Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Filosofis kurikulum 1994 yaitu struktur keilmuan yang menghasilkan mata pelajaran dengan tujuan agar siswa menguasai materi yang tercantum dalam GBPP. Pada kurikulum 1994 ini substansi materi semuanya ditentukan oleh pemerintah. Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan ceramah. Tetapi pada kurikulum ini siswa belum dituntut untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar sehingga guru dipandang sebagai sumber belajar utama bukan sebagai fasilitator bukan sebagai fasilisator.












DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
           
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Sugiono, H. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: CV Bintang.



 

No comments:

Post a Comment