LAPORAN PRATIKUM VI
PENGHITUNGAN
JUMLAH MIKROBA
Oleh :
Nama : Syahirul Alim
Nim : 1512220022
Dosen
Pengampu
1. Awalul Fatiqin, Msi
2. Ike Apriani, Msi
3. Riri Novita Sunarti, Msi
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jumlah mikroba suatu bahan dapat
ditentukan dengan bermacam-macam cara, tergantung pada bahan dan jenis mikroba
yang ditentukan. Dalam analisa mikrobiologi,
menghitung jasad renik mikroorganisme suatu sediaan, harus diperhitungkan
sifat-sifat dari bahan yang akan diperiksa, terutama: kelarutan, kemungkinan
adanya zat anti mikroba, dan derajat kontaminasi yang dperkirakan. Penyebaran
mikroorganisme yang tumbuh pada bahan hasil pertanian pada hasil olahnya pada
umumya terdiri dari bakteri, jamur/kapang, virus dan disamping itu terdapat
juga binatang satu sel. Pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme dalam bahan
(makanan), akan menyebabkan perubahan-perubahan tertentu yaitu : perubahan yang
bersifat fisik dan dan kimiawi, sebagai contoh yaitu: konsistensi bahan menjadi
lunak, timbul gas atau aroma tertentu dan zat racun yang membahayakan. Jumlah
penyebaran bakteri/mikroorganisme pada bahan (makanan) yang sedang mengalami
pembusukan sangat bervariasi jumlahnya dan tidak sama jenis (species)-nya serta
tergantung pada: varietas, habitat, susunan kimia, cara penanganan, suhu
penyimpanan, dan lain-lain. Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat
kecil dan hanya dapat dilihat dibawah mikroskop. Salah satu jenis
mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme uniselular yang
tumbuh dengan cara pembelahan biner yaitu satu sel membelah secara simetris.
Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang
mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni (Volk, 1993).
Pertumbuhan
mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap bahwa setiap koloni yang
tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan menghitung jumlah koloni dapat
diketahui penyebaran bakteri yang ada pada bahan. Jumlah mikroba pada suatu
bahan dapat dihitung dengan berbagai macam cara,tergantung pada bahan dan jenis
mikrobanya (Dwidjoseputro, 2005).
Dalam
analisa mikrobiologi, menghitung jasad renik mikroorganisme suatu sediaan,
harus diperhitungkan sifat-sifat dari bahan yang akan diperiksa, terutama:
kelarutan, kemungkinan adanya zat anti mikroba, dan derajat kontaminasi yang
dperkirakan. Untuk mempermudah penghitungan koloni diperlukan pengetahuan
mengenai morfologi bakteri tersebut sehingga media pertumbuhan yang akan
digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut. Ada 2 macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri, yaitu perhitungan
secara langsung dan tidak langsung. Perhitungan jumlah mikroba secara langsung
yaitu jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan, baik yang mati atau yang
hidup sedangkan perhitungan jumlah miroba secara tidak langsung yaitu jumlah
mikroba dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau hanya
untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja (Volk, 1993).
B.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum penghitungan mikroba yaitu
agar mahasiswa dapat vdilakukan penghitungan sel mikroba secara langsung dan
agar mahasiswa dapat melakukan pemhtungan sel mikroba secara hitungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Perhitungan Jumlah Mikroba Secara Langsung
Menurut Volk
(1993) Cara ini dipakai untuk
menentukan jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan, baik yang mati atau yang
hidup. Berbagai cara perhitungan mikroba secara langsung menggunakan:
1.
Menggunakan Kamar Hitung (Counting Chamber)
Perhitungan ini dapat menggunakan
hemositometer. Peteroff Hauser Bacteria Counter atau alat-alat lain yang
sejenis. Dasar perhitungannya ialah dengan menempatkan satu tetes suspense
bahan atau biakanmikroba pada alat tersebut ditutup dengan gelas penutup
kemudian diamati dengan mikroskop yang perbesarannya tergantung pada besar
kecilnya mikroba. Dengan menentukan jumlah sel rata-rata tiap petak (ruangan)
yang telah diketahui volumenya, dari alat tersebut dapat ditentukan jumlah sel
mikroba tiap cc.
Prinsip dari perhitungan Petroff-Hauser
yaitu melakukan perhitungan dengan pertolongan kotak-kotak skala, di mana dalam
setiap ukuran skala seluas 1 mm2 terdapat 25 buah kotak besar dengan
luas 0,04 mm2, dan setiap kotak besar terdiri dari 16 kotak kecil.
Alat haemocytometer digunakan di bawah mikroskop, sisinya mempunyai
ukuran 0,05 mm. Sedangkan satu kotak sedang berukuran nilai 0,2 mm. Dan tebal
nya adalah 0,1 mm. Jumlah sel per
mL sampel dapat dihitung sebagai berikut:
1. Jumlah
sel dalam 25 kotak besar = Jumlah sel per kotak besar × 25 kotak
2. Jumlah sel per mm3 sampel = Jumlah sel dalam
25 kotak besar × (1/0,02)
3.
Jumlah sel per ml sampel = Jumlah sel per mm3
sampel × 103
= Jumlah sel per kotak besar × 25 kotak× (1/0.02)x 10^3
4.
Jumlah sel per ml sampel = Jumlah sel per kotak
besar × 25 kotak × 50 × 103
Misalnya :
didapatkan jumlah mikroba yang mau dihitung 12 sel mikroba, maka jumlah sel per
ml sampel adalah: 12 × 1,25 × 106 = 1,5 × 107.
Hemasitometer adalah metode perhitungan secara mikroskopis.
Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di
tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,05 mm. Satu kotak
sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar
tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel
bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga
jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui. Kelebihan perhitungan sel dengan menggunakan hemasitometer adalah dapat
menghitung jumlah sel yang hidup maupun yang mati, tergantung dari pewarna yang
digunakan. Misalnya. Bila pewarna trypan blue dicampurkan kedalam larutan sel
maka sel yang hidup tidak akan berwarna dan sel yang mati akan berwarna biru.
Kelebihan lainnya adalah morfologi sel dapat diamati, dapat mengevaluasi
homogenitas dan data mendeteksi (Jutono,1980).
2. Menggunakan Cara
Pengecatan dan Pengamatan Mikroskopik
Pada cara ini mula-mula dibuat preparat
mikroskopik pada gelas benda, suspensi bahan atau biakan mikroba yang telah
diketahui volumenya diratakan diatas gelas benda pada suatu luas tertentu.
Setelah itu preparat dicat dan dihitung jumlah rata-rata sel mikroba tiap
bidang pemandangan mikroskopik. Luas bidang pemandangan mikroskopik dihitung
dengan mengukur garis tengahnya. Jadi jumlah mikroba yang terdapat pada gelas
benda seluruhnya dapat dihitung. Dengan perhitungan dapat diperoleh jumlah
mikroba tiap cc bahan/cairan yang diperiksa.
Cara yang hampir sama dan biasa dipakai
untuk menghitung jumlah bakteri , ialah dengan mencampurkan 1 cc biakan bakteri
dengan 1 cc darah manusia. Setelah homogen dibuat preparat mikroskopik. Dari
perbandingan jumlah rata-rata jumlah sel bakteri dan jumlah sel darah merah
dalam tiap bidang pemandangan, jumlah
bakteri tiap cc dapat dihitung ,sebab darah manusia yang normal
mengandung 5 juta sel darah merah tiap cc.Perbandingan darah dengan bakteri
yaitu 1:1 (Hadioetomo, R. 1990).
3. Menggunakan Filter
Membran
Mula-mula disaring sejumlah volume
tertentu suatu suspensi bahan atau biakan mikroba, kemudian disaring dengan
filter membran yang telah disterilkan terlebih dahulu. Dengan menghitung jumlah
sel rata-rata tiap saat satuan luas pada filter membran, dapat dihitung jumlah
sel dari volume suspense yang disaring. Jika perhitungan secara biasa susah,
perlu dilakukan pengecatan pada filter membran, kemudian filter membran
dijenuhi dengan minyak imersi supaya tampak transparan. Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya
cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan. Kelemahannya sebagai berikut:
a).Sel-sel mikroba yang telah mati tidak dapat dibedakan dari sel yang
hidup. Karena itu keduanya
terhitung. Dengan kata lain hasil yang diperoleh ialah jumlah total sel yang
ada di dalam populasi. Pada beberapa macam sel eukariotik, penambahan zat warna
tertentu (misalnya biru metilen sebanyak 0,1 %) pada sampel yang akan dihitung
dapat membedakan sel hidup dari sel mati. Pada sel khamir misalnya baik sel
hidup maupun sel mati akan menyerap biru metilen namun hanya sel hidup mampu
mereduksi zat warna tersebut secara enzimatik menjadi tidak berwarna; jadi
sel-sel mati akan tampak biru.
b) Sel-sel yang berukuran kecil
sukar dilihat di bawah mikroskop, seperti bakteri karena ketebalan
hemasitometer tidak memungkinkan digunakannya lensa obyektif celup minyak,
sehingga kalau tidak teliti tidak terhitung.
Hal ini biasanya diatasi dengan cara mewarnai sel sehingga menjadi lebih mudah
dilihat.
c) Untuk mempertinggi ketelitian,
jumlah sel di dalam suspensi harus cukup tinggi, minimal untuk bakteri 106 sel/mL. Hal
ini disebabkan dalam setiap bidang pandang yang diamati harus terdapat sejumlah
sel yang dapat dihitung.
d) Tidak dapat digunakan untuk
menghitung sel mikroba di dalam bahan yang banyak mengandung debris atau ekstrak makanan,
karena hal tersebut akan mengganggu dalam perhitungan sel.
e) Kelemahan lain adalah sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti bakteri
karena ketebalan hemasitometer tidak memungkinkan digunakannya lensa obyektif
celup minyak. Hal ini biasanya diatasi dengan cara mewarnai sel sehingga
menjadi lebih mudah dilihat. Kadang-kadang sel cenderung bergerombol sehingga
sukar membedakan sel-sel individu. Cara mengatasinya ialah mencerai-beraikan
gerombolan sel-sel tersebut dengan menambahkan bahan anti gumpal seperti
dinatrium etilen diamin tetraasetat dan Tween 80 sebanyak 0,1 % (Hadioetomo, R. 1990).
B.
Perhitungan Jumlah Mikroba Secara Tidak Langsung
Jumlah
mikroba dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau hanya
untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, ini tergantung cara-cara yang
digunakan. Untuk menentukan jumlah
miroba yang hidup dapat dilakukan setelah larutan bahan atau biakan mikroba
diencerkan dengan factor pengenceran tertentu dan ditumbuhkan dalam media
dengan cara-cara tertentu tergantung dari macam dan sifat-sifat mikrobanya.
Menurut Dwidjoseputro, (2005) Perhitungan jumlah
mikroba secara tidak langsung ini dapat dilakukan dengan:
1. Menggunakan Centrifuge
Harus ditutup kapas supaya tidak
terkontaminasi bakteri lain. Caranya adalah 10 cc biakan cair mikroba
dipusingkan dengan menggunakan centrifuge biasa dan digunakan untuk
dipertanggungjawabkan, maka kecepatan dan waktu centrifuge harus diperhatikan.
Setelah diketahui volume mikroba keseluruhannya , maka dapat dipakai untuk
menentukan jumlah sel-sel mikroba tiap cc, yaitu dengan membagi volume mikroba
keseluruhan dengan volume rata-rata tiap sampel. Dengan kecepatan 3500-6000 rpm
dan dengan waktu 5-10 menit.
2. Berdasarkan kekeruhan
(turbiditas/turbidimetri)
Turbidimetri merupakan metode yang cepat untuk menghitung jumlah
bakteri dalam suatu
larutan menggunakan spektrofotometer.
Bakteri menyerap cahaya sebanding dengan volume total sel (ditentukan oleh
ukuran dan jumlah). Ketika mikroba
bertambah jumlahnya atau semakin besar ukurannya dalam biakan cair, terjadi
peningkatan kekeruhan dalam biakan. Kekeruhan dapat disebut optical
density (absorbsi cahaya, biasanya diukur pada panjang gelombang 520 nm – 700
nm). Untuk mikroba tertentu, kurva standar dapat memperlihatkan jumlah
organisme/ml (ditentukan dengan metode hitungan cawan) hingga pengukuran
optical density (ditentukan dengan spektrofotometer).
Dasar penentuan
cara ini adalah jika seberkas sinar dilakukan pada suatu suspensi bakteri, maka
makin pekat (keruh) suspensi tersebut makin besar intensitas sinar yang
diabsorbsi, sehingga intensitas sinar yang diteruskan makin kecil. Untuk
keperluan ini digunakan alat-alat
seperti fotoelektrik, turbidimeter, elektrofotometer,spektrofotometer,
nefelometer, dan alat-alat lainyang sejenis. Alat-alat tersebut menggunakan
sinar monokromatik dengan panjang gelombang tertentu. Turbidimeter merupakan
sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan
cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang
dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi
lainnya konstan. Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga
golongan , yaitu pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan
terhadap intensitas cahaya yang datang; pengukuran efek ekstingsi,
yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang
keruh. instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut
sebagai Tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara
langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur deagan den-an
larutan standar. Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan.
Turbiditas berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi
turbiditas tergantung. juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio
Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding
terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya. Dengan
mengetahui presentase sinar yang diabsorbsi (sinar yang dteruskan) dan
dibandingkan dengan standar mikroba yang telah diketahui jumlahnya tiap cc,
maka dapat diketahui jumlah mikroba tersebut tiap ccnya. Alat yang
paling sederhana untuk penentuan cara tersebut dapat memakai komparator blok,
tetapi penggunaan alat ini kesalahannya sangat besar sebab pengamatannya hanya
menggunakan mata biasa.
3. Menggunakan Perhitungan Elektronik (Elektronic Counter)
Alat ini dapat digunakan untuk
menentukan beribu-ribu sel tiap detik secara tepat. Prinsip kerja alat ini
yaitu adanya gangguan-gangguan pada aliran ion-ion (listrik) yang bergerak
diantara dua electrode. Penyumbatan sementara oleh sel mikroba pada pori sekat
yang terdapat diantara kedua electrode itu menyebabkan terputusnya aliran
listrik. Jumlah pemutusan aliran tiap satuan waktu dihubungkan dengan kecepatan
aliran cairan yang mengandung mikroba merupakan ukuran jumlah mikroba dalam
cairan tersebut.
4. Berdasarkan Analisa
Kimia
Cara ini didasarkan atas hasil analisa
kimia sel-sel mikroba. Makin banyak sel-sel mikroba, makin besar hasil analisa
kimianya secara kuantitatif. Yang
dipakai sebagai dasar penentuan umumnya kandungan protein, asam-asam nukleat
(DNA dan RNA) atau fosfor dari asam-asam nukleat.
5. Berdasarkan Berat Kering
Cara ini terutama digunakan untuk penentuan
jumlah jamur benang misalnya dalam industry mikrobiologi.Kenaikan berat kering
suatu mikrobia berarti juga kenaikan sintesa dan volume sel-sel yang dipakai
untuk menentukan jumlah mikrobia.
6.
Menggunakan Cara Pengenceran
Cara pengenceran ini dipakai untuk
menentukan jumlah mikroba yang hidup saja Dasar perhitungannya adalah dengan
mengencerkan sejumlah volume tertentu suatu suspense bahan atau biakan mikroba
secara bertingkat, setelah diinokulasikan ke dalam medium dan diinkubasikan,
dilihat pertumbuhan mikrobanya. Misalnya suatu seri pengenceran dengan
kelipatan sepuluh pada pengenceran 1:10000 , tetapi pada pengenceran 1:100000
tidak ada pertumbuhan, berarti secara teoritis jumlah mikroba pada suspense
bahan atau biakan mikroba antara 10000 dan 100000 tiap cc per ml sampel.
7. Menggunakan Cara Most
Probable Number (MPN)
Menggunakan media cair, contoh laktosa
broth. Prinsip metode ini adalah menggunakan media cair di dalam tabung
reaksi dan menggunakan tabung durham (untuk melihat gas). Perhitungan dilakukan
berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu ditumbuhi mikroba setelah
diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dilihat
dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuk gas di dalam tabung durham
(tabung kecil dengan posisi terbalik). Metode MPN biasanya dilakukan untuk
pengujian air minum, dengan 3-5 seri tabung (Jutono,1980).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Temapat
Praktikum mikrobiologi tentang
penghitungan mikroba di laksanakan pada hari 15 juni 2017 pukul 15.00-17.00 WIB
di Laboratorium Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negri UIN)
Raden Fatah Palembang.
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Adapun alat yang di gunakan pada praktikum ini yaitu Kaca, obyek, Tisu, Jarum ose, Mikroskop, Api Bunsen
2.
Bahan
Adapun bahan yang di gunakan pada praktikum kali ini
yaitu Aquades, Metilen blue, Gentian violet, Iodium, Alcohol 96% dan Bakteri yang akan diuji
C.
Cara kerja
a) Metode hitung langsung
1.
Siapkan kutur cair bakteri berumur 1×24 jam dan hemasitomer dan kaca
penutup yang bersih dan lekatan diatasnya. Cara membersihkan permukaan
hemasitomer dan kaca penutup dengan secarik kertas lensa yang dibasahi dengan
setets aquades steril sampai tidak terdapat sisa minyak pada permukaannya.
2.
Homogenkan dulu sampel mikroba yang akan dihitung.
3.
Ambil sampel mikroba pipet steril dari media cair secukupnua (0.1-0.5
ml) lalu masukkan ke dalam parit-parit pada hemasitomer (jangan sampai lebih).
Tinggi sampel yang berbeda diantara kaca benda dan kaca penutup adalah 0.01 mm.
4.
Letakkan hemasitomer yang telah diberi suspensi bakteri diatas meja
mikroskop. Amati menggunakan perbesaran lemah, perhatikan kotak-kotak skala
yang ada pada slide tersebut.
5.
Hitunglah jumlah sel dengan perbesaran kuat, perhitungan sel cukup dilakukan
pada 5 kotak besar.
6.
Hitunglah jumlah sel mikroba berdasarkan rumus pada bagian pengamatan.
b) Metode hitung cawan
1. Siapakan kultur cair bakteri uji berumur 1×24
jam.
2. Homogenkan dulu sampel mikroba yang akan
dihitung.
3. Lakukan pengenceran terhadap sampel. Caranya:
pengenceran 10-1 diperoleh dengan memasukkan 1 ml sampel ke dalam 9 ml air
pepton/ aquades steril. Pengenceran 10-2 diperoleh memasukkan 1 ml sampel dari
pengenceran 10-1 ke dalam 9 ml air pepton/ aquades steril. Pengenceran 10-3
diperoleh dengan memasukkan 1 ml sampel dari pengenceran 10-3 ke dalam 9 ml air
pepton , dan seterusnya pengenceran dilakukan tergantung dari kekeruhan sampel.
4. Inokulasikan sebanyak 0,1 ml hasil pengenceran
kepermukaan media NA dengan cara taburan, kemudian ratakan dengan cara
memutar-mutar cawan diatas meja. Inokulasikan ini dapat pula dilakukan dengan
metode tuang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel 1.
penghitungan jumlah mikroba 1x24 jam
Pengeceran
|
Jumlah mikroba
|
Penghitungan Cfu
|
10-6
|
17
|
17x10-6
|
10-7
|
5
|
5x10-7
|
10-8
|
5
|
5x10-8
|
10-9
|
4
|
4x10-9
|
Rumus Cfu = Jumlah koloni
= 17 X
= 17 X 10-6 Cfu
Rumus Cfu = Jumlah koloni
= 5 X
= 5 X 10-7 Cfu
Rumus Cfu = Jumlah koloni
= 5 X
= 5 X 10-7 Cfu
Rumus Cfu = Jumlah koloni
= 4 X
= 4 X 10-9 Cfu
B. Pembahasan
pada peneceran 10-6 di dapat dengan jumlah
mikroba 17 unung menghirung nya dengan cara
Rumus Cfu = Jumlah koloni . = 17
X =
17 X 10-6 Cfu Dalam penghitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan
pengenceran. Pada pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih dahulu
dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran sel dapat
membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun
pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah
koloni yang umumnya relatif rendah. Pengenceran
yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan
menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam
jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat
menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang
dilarutkan/diencerkan.
Pada perhitungan mikroba ini dilakukan
pengenceran sampel agar jumlah koloni yang tumbuh pada cawan petri tidak
terlalu banyak maupun terlalu sedikit, yaitu antara 30-300 koloni. Semakin
banyak pengenceran, maka jumlah koloni yang dihasilkan semakin sedikit. Perhitungan jumlah bakteri secara langsung memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihannya, adalah waktunya yang digunakan singkat,
penghitungannya lebih mudah, tidak membutuhkan bahan yang banyak. Sedangkan
kekurangannya adalah tidak dapat membedakan sel hidup dan mati dan sel yang
berukuran kecil sulit dilihat dengan mikroskop. Perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung dilakukan dengan
metode plate count, yakni hanya sel yang hidup yang dihitung dalam metode ini.
Prinsipnya yaitu pengenceran dalam tiap konsentrasi diinokulasikan dalam medium
agar dipetri dengan cara spread.
Menurut Dwidjoseputro,(2005) menyatakan bahwa Perhitungan
jumlah bakteri secara tidak langsung memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya adalah dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi bakteri,
bakteri yang dihitung adalah bakteri yang hidup. Sedangkan kekurangannya adalah
perhitungannya kurang akurat karena ada kemungkinan beberapa sel bertumpuk, ada
kemungkinan terjadi spreader, waktu yang dibutuhkan cukup lama, bahan yang
digunakan relatif banyak. Karena ukuran bakteri sangat kecil, menghitung
jumlah bakteri dalam sampel bisa sulit. Meskipun jumlah langsung dengan
mikroskop, mereka memerlukan banyak waktu dan keahlian. Sebuah metode yang
lebih mudah adalah untuk menyebarkan bakteri di wilayah yang luas (plate agar
yaitu nutrisi) dan menghitung jumlah koloni yang tumbuh. Jika bakteri ini menyebar
cukup, setiap sel bakteri dalam sampel asli harus menghasilkan koloni tunggal.
Biasanya, Prinsip perhitungan koloni bakteri adalah
semakin tinggi tingkat pengenceran semakin rendah jumlah koloni bakteri. Dengan
kata lain tingkat pengenceran berbanding terbalik dengan jumlah koloni bakteri
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
:Untuk mempermudah perhitungan sel bakteri maupun konidia jamur harus dilakukan
penganceran serial. Prinsip perhitungan koloni bakteri adalah semakin tinggi
tingkat pengenceran semakin rendah jumlah koloni bakteri. Pengencceran serial merupakan penambahan pelarut dalam suatu senyawa
dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa
yang dilarutkan/diencerkan. Beberapa macam cara untuk mengukur jumlah sel,
antara lain dengan hitungan cawan, hitungan mikroskopis langsung atau secara elektonis
dengan bantuan alat yang disebut penghitung coulter
(coulter counter).
B.
Saran
Untuk memperoleh hasil benar pada suatu
praktikum maka praktikan harus hati-hati dan teliti dalam melakukan praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Hadioetomo, R. 1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar
Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.
Jutono, J., Soedarsono, S., Hartadi, S.,
Kabirun, S., Suhadi, D., Soesanto. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum.
Yogyakarta : Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Volk. 1993. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta
: Erlangga.
No comments:
Post a Comment