Sunday, April 7, 2019

MAKALAH REPRODUKSI HEWAN


MAKALAH REPRODUKSI HEWAN




Disusun Oleh :
Nama        : Syahirul Alim
Nim                    : 2017411019.P
Dosen        : Drs. Syamsul Rizal, M.Si






PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2018


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik dan tepat pada waktunya. Dengan judul makalah “REPRODUKSI HEWAN”. Walaupun dengan buku penunjang yang terbatas.
Adapun makalah ini sengaja saya susun atas dasar kelengkapan tugas Fisiologi Hewan dan manusia kelas 1 semester 4.
Dan agar para mahasiswa juga dapat mengetahui tentang reproduksi yang terjadi pada hewan dan manusisa. Dan juga dapat mengetahui perbedaan cara reproduksi, dan tujuan reproduksi serta banyaak hal mengenai itu.
Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini, semua yang telah memberi informasi yang saya tidak bisa sebut satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya, maka untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca dalam kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dalam membantu proses belajar dalam biologi khususnya Fisiollgi Hewan.
Sekali lagi saya ucapkan TERIMA KASIH.
Palembang   Mei 2018

Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.    Latar Belakang.................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................ 1
C.     Tujuan.................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................
A.    GAMBARAN UMUM REPRODUKSI HEWAN............................ 2
1.    Reproduksi aseksual maupun reproduksi seksual terjadi pada tingkat kingdom hewan    2
2.    Mekanisme reproduksi aseksual yang beranekaragam dan mampu membuat  keturunan yang identik secara cepat................................................................................................ 2
3.    Siklus dan pola reproduksi hewan sangat bervariasi....................... 3
B.     MEKANISME REPRODUKSI SEKSUAL...................................... 5
BAB III  PENUTUP....................................................................................... 8
Kesimpulan...................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Reproduksi merupakan salah satu ciri dari makhluk, disamping ciri-ciri lain seperti; respirasi, transportasi, pencernaan, ekskresi, koordinasi, dan iritabilitas. Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi atau proses perkembangbiakan. Secara umum reproduksi pada makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu reproduksi seksual (secara perkawinan) dan reproduksi aseksual (tanpa perkawianan).
Pada reproduksi seksual mengunakan alat/organ seksual berupa sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, sedangkan pada reproduksi aseksual, tidak menggunakan alat/organ seksual, sehingga proses perkembanganbiakan menggunakan organ tubuh, seperti akar dan batang pada tumbuhan.
Reproduksi seksual disebut juga perkembangbiakan secara generative, sedangkan reproduksi aseksual disebut juga perkembangbiakan secara vegetative. Reproduksi seksual umumnya dilakukan oleh hewan tingkat tinggi dan sebagian tunbuhan. Sedangkan reproduksi aseksual umum dilakukan hewan tingkat rendah dan sebagian tumbuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah alat/organ reproduksi pada hewan?
2. Bagaimanakah proses reproduksi pada hewan?
C. Tujuan
1. Mengetahui alat/organ reproduksi pada hewan.
2. Mengetahui proses reproduksi pada hewan.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Reproduksi Hewan
1. Reproduksi aseksual maupun reproduksi seksual terjadi pada tingkat kingdom hewan
Terdapat dua modus utama reproduksi hewan.  Reproduksi  aseksual (Bahasa Yunani, “tanpa seks” ) adalah pencipta individu baru yang semua gen nya berasal dari satu induk tanpa pelebur telur dan sperma.Pada sebagian kasus, reproduksi aseksual  secara keseluruhan mengandalkan pembelahan sel secara mitosis. Reproduksi seksual adalah penciptaan keturunan melalui peleburan gamet haploid untuk membentuk zigot (telur yang sudah dibuahi), yang diploid. Gamet di bentuk  melalui meiosis. Gamet betina, ovum (telur yang belum di buahi), umumnya adalah sel relatif lebih besar dan tidak motil. Gamet jantan, spermatozoon, umumnya adalah sel yang kecil namun motil. Reproduksi seksual meningkatkan keragaman genetik di antara keturunan dengan cara membangkitkan kombinasi unik gen yang di wariskan dari dua induk.
2. Mekanisme reproduksi aseksual yang beranekaragam dan mampu membuat  keturunan yang identik secara cepat
Banyak invertebrata dapat bereoroduksi scara aseksual dengan pembelahan  (fission), yaitu pemisahan sebuah induk menjadi dua atau lebih individu dengan ukuran kira-kira sama. Dalam reproduksi aseksual bentuk lain, beberapa invertrebrata melepaskan sekelompok sel-sel khusus yang dapat tumbuh menjadi individu baru. Sebagai contoh, gemula (gemmule) dari spons terbentuk ketika sel-sel dari berbagai jenis bermigrasi bersama di dalam spons itu dan kemudian di  kelilingi oleh suatu lapisan pelindung.
Jenis reproduksi aseksual lain yang dapat di temukan adalah fragmentasi, yaitu pematahan tubuh menjadi beberapa bagian dan beberapa atau semuanya berkembang menjadi individu dewasa yang lengkap. Bagi hewan untuk dapat bereproduksi dengan cara ini, fragmentasi harus di sertai daengan regenerasi, yaitu pertumbuhan kembali bagian tubuh yang hilang itu. Reproduksi melalui fragmentasi dan regenerasi terjadi pada banyak hewan spons, cnidaria, annelida polikaeta, dan tunikata.Banyak hewan lain juga dapat menggantikan anggota tubuh yang hilang dengan cara regenerasi misalnya, sebagian besar bintang laut dapat menumbuhkan lengan baru ketika terluka atau patah, tetapi hal tersebut bukan merupakan reproduksi karena tidak dihasilkan individu baru. Pada bintang laut dari genus Linckia, individu baru bisa tumbuh dan berkembang dari sepotong lengan. Dengan demikian, satu hewan dengan lima lengan, jika diputuskan semuanya. Secara aseksual dapat menghasilkan lima keturunan.
Reproduksi aseksual mempunyai beberapa potensi keuntungan. Sebagai contoh, hal tersebut mebuat hewan-hewan yang hidup dalam isolasi mampu menghasilkan keturunan tanpa harus mencari dan menemukan pasangan kawin. Reproduksi aseksual dapat juga menciptakan banyak sekali keturunan dalam waktu singkat, yang merupakan hal ideal untuk dapat mengkolonisasi suatu habitat secara cepat.
3. Siklus dan pola reproduksi hewan sangat bervariasi
Sebagian besar hewan memperlihatkan siklus yang  jelas dan pasti dalam aktivitas reproduksi, yang seringkali dikaitka dengan perubahan musim. Sifat periodik reproduksi memungkinkan hewan untuk menghemat sumberdaya dan menghasilkan keturunan ketika lebih banyak energi tersedia dibandingkan dengan yang diperlukan untuk memelihara kondisi dan ketika kondisi lingkungan mendukung kelangsungan hidup keturunan. Domba betina, misalnya, mempunyai siklus reproduksi selama 15 hari dan berevolusi pada pertengahan setiap siklus. Siklus ini umumnya terjadi selama musim gugur dan pada awal musim dingin, sehingga anak domba umumnya lahir pada akhir musim dingin atau semi. Bahkan hewan yang hidup di habitata yang hampir stabil. Seperti daerah tropis atau lautan, umumnya bereproduksi hanya pada  waktu- waktu tertentu  dalam setahun. Siklus reproduksi dikontrol oleh kombinasi petunjuk hormon dan lingkungan.
Hewan dapat bereproduksi  hanya secara aseksual atau seksual, atau  bisa bergantian kedua modus tersebut. Pada afid (aphid, kutu daun), rotifera, dan krustase air tawar daphinia, setiap betina dapat menghasilkan dua jenis telur, tergantung pada kondisi lingkungan, misalnya waktu-waktu dalam setahun. Satu jenis telur di buahi, tetapi jenis telur yang lain berkembang dengan cara partenogenesis yaitu, proses perkembangan telur tanpa di buahi. Hewan dewasa yang di hasilkan melalui partenogenesis seringkali haploid, dan sel-selnya tidak mengalami meosis dalam pembentukan telur -telur baru. Dalam kasus Daphnia, pergantian dari reproduksi seksual ke reproduksi aseksual seringkali berkaitan dengan musim. Perilaku seksual pada kadal partenagenetik yaitu kadal whiptail yang hidup di gurun dan padang rumput (Cnemidophorus uniparens) adalah  spesies yang semua anggotanya betina. Repilia ini bereproduksi secara partenogenesis, telor mengalami pengandaan kromosom setelah meiosis dan berkembang menjadi kadal tanpa harus di buahi. Akan tetapi, ovulasi ditingkat dengan terjadinya ritual percumbuan dan perkawinan yang meniru perilaku spesies yang berhubungan dekat dan bereproduksi secara seksual
Pola reproduksi yang menakjubkan lain nya adalah hermafroditisme sekuensial, dimana suatu individu mengubah jenis kelaminya selama masa hidupnya. Pada beberapa spesies,  hewan  hermafrodit seksuensial bersifat protogini (protogynous, betina dulu baru berganti menjadi jantan), sementara spesies lain bersifat protandri (protandrous, jantan dulu beru berganti menjadi betina). Pada berbagai spesies ikan-ikan karang yang di sebut sebagai wrasse,  pengubahan jenis kelamin di kaitkan dengan umur dan ukuran. Sebagai contoh, wrasse kepala biru karibia adalah spesies protogini dimana hanya individu yang terbesar (umumnya yang tertua) berubah dari betina ke jantan. Ikan ini hidup dalam kelompok yang terdiri atas seekor  jantan dan beberapa ekor betina. Jika yang jantan mati  atau dikeluarkan dari percobaan, betina yang paling besar dalam kelompok tersebut akan berubah jenis kelamin dan menjadi jantan baru.
Dalam tempo satu minggu, individu yang berubah kelamin itu sudah menghasilkan sperma sebagai pengganti telur. Pada spesies ini,  jantan akan membela dan mempertahankan kelompok itu dari pengacau, dan dengan demikian  ukuran yang lebih besar memberikan keuntungan reproduksi yang lebih besar bagi jantan di bandingkan betina. Sebaliknya , terdapat hewan protandri yang berubah dari jantan ke betina ketika ukuran bertambah. Pada kasus seperti itu, ukuran yang lebih besar bisa meningkatkan keberhasilan reproduksi betina  di bandingkan jantan.
B.       Mekanisme Reproduksi Seksual
Mekanisme fertilasi, yaitu peleburan sperma dengan telur, Baik memainkan peranan penting dalam reproduksi seksual. Beberapa spesies melakukan fertilisasi eksternal, telur di lepaskan betina  dan di buahi oleh jantan dalam lingkungan sekitarnya. Spesies lain melakukan fertilisasi internal, sperma didepositkan di dalam atau di dekat saluran reproduksi  betina, dan fertilisasi terjadi di dalam saluran tersebut.
Fertilasi internal memerlukan perilaku kooperatif, yang mengarah ke populasi. Pada beberapa kasus, perilaku seksual yang tidak karakteristik (sesuai karakter atau ciri) dihilangkan oleh seleksi alam secara langsung, sebagai contoh, laba laba betina akan memakan jantan jika sinyal-sinyal reproduksi spesifik tidak diikuti selama perkawinan. Fertilisasi internal juga memerlukan sistem sistem reproduksi yang canggih, termasuk organ kopulasi yang mengirimkan sperma dan resptakel atau penyangga untuk penyimpanannya dan pengangkutanya menuju telur yang matang.
Fertilasi eksternal memerlukan suatu lingkungan dimana sebuah telur dapat berkembang tanpa kekeringan atau cekaman panas, maka  fertilisasi jenis tersebut terjadi hampir secara eksklusif di habitat yang lembap. Banyak invertebrata akuatik hanya sekedar melepaskan telur dan spermanya  ke dalam lingkungan sekitar, dan fertilisasi terjadi tanpa adanya kontak fisik yang sesungguhnya di antara kedua induk. Pengaturan waktu sangat penting untuk menjamin bahwa sperma yang sudah dewasa memerlukan telur yang sudah matang.
Banyak ikan dan amfibi yang melakukan fertilisasi eksternal memperlihatkan perilaku kawin yang spesifik, yang berakhir dengan seekor jantan membuahi telur-telur seekor betina . Perilaku percumbuan adalah pemicu bagi jantan maupun betina untuk melepaskan gamet, dengan dua pengaruh. Peluang keberhasilan pembuahan akan meningkat dan  pilihan pasangan kawin jadi selektif.
1.      Reproduksi seksual/generative
Sebagian besar invertebrata melakukan reproduksi secara seksual. Reproduksi seksual dicirikan dengan penyatuan gamet (fertilisasi), yaitu sperma dan ovum. Fertilisasi pada invertebrata sering dijumpai pada cacing tanah yang bersifat hermafrodit (satu individu menghasilkan sperma dan ovum).
a.       Konjugasi yaitu persatuan antara dua individu yang belum mengalami spesialisasi sex. Terjadi persatuan inti (kariogami) dan sitoplasma (plasmogami). Contohnya pada Paramaecium sp.
b.       Fusi yaitu persatuan/peleburan duya macam gamet yang belum dapat dibedakan jenisnya. Dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1.      Isogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Contohnya pada Phyllum Protozoa.
2.       Anisogami yaitu persatuan dua macam gamet yang berbeda ukuran dan bentuknya sama. Contohnya Chlamydomonas sp.
3.      Oogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki ukuran dan bentuk yang tidak sama. Contohnya pada Hydra sp.
2.      Reproduksi Pada Vertebrata
a.       Class Pisces yaitu dengan ovipar dan secara fertilisasi eksternal, ovovivipar dan vivipar. Organ reproduksinya meliputi testis, vas deferens, lubang urogenitalia untuk jantan dan untuk betina adalah ovarium, oviduk dan lubang urogenitalia.
b.       Class Amphibia yairu dengan fertilisasi eksternal. Organ reproduksinya meliputi testis, vasa efferentia dan kloakauntuk jantan dan untuk betina yaitu ovarium, oviduk dan kloaka.
c.       Class Reptilia yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksinya meliputi testis, hemipenis, vas deferens, epididimis dan kloaka. Untuk betina yaitu ovarium, oviduk dan kloaka.
d.      Class Aves yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksi bagi yang jantan yaitu testis, vas deferens dan kloaka. Untuk yang betina meliputi ovarium kiri, oviduk, dan kloaka.
e.        Class Mammalia yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksi jantan meliputi penis, vas deferens, testis dan anus. Untuk yang betina meliputi ovarium, oviduk, uterus dan anus. Memiliki sistem menstruasi yang disebut dengan fase estrus serta tipe uterus yang kompleks.


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.      Reproduksi aseksual menghasilkan keturunan yang semua gennya berasal dari satu induk. Reproduksi seksual memerlukan penyatuan gamer jantan dan betina untuk membentuk suatu zigot diploid.
2.      Pembelahan, pertunasan, dan fragmentasi dengan regenerasi adalah mekanisme reproduksi aseksual pada berbagai invertebrata.
3.      Hewan bisa bereproduksi secara seksual atau aseksual saja, atau bergantian satu sama lain antara keduanya, tergantung pada kondisi lingkungan. Variasi pada kedua modus ini dimungkinkan melalui adanya partenogenesis, hermafroditisme, dan hermafroditisme sekuensial. Siklus reproduksi dikontrol ole hormon dan petunjuk lingkungan, seperti perubahan dalam suhu, curah hujan, panjang siang hari, dan sekitar bulan musiman.
4.      Pada fertilisasi eksternal, telur yang di lepaskan oleh betina dibuahi atau defertilisasi oleh sperma oleh sperma pada lingkungan eksternal. Pada fertilisasi internal, telur dan sperma menyatu di dalam tubuh betina.
5.      Fertilisasi eksternal dan internal memerlukan pengaturan waktu yang kritis, yang seringkali di perantarai oleh petunjuk lingkungan, feromon, dan/atau perilaku percumbuan. Fertilisasi internal memerlukan adanya interaksi perilaku penting antara hewan jantan dan betina, dan juga adanya organ kopulasi yang sesuai dan cocok.




DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece-Mitchell. 2010. Biologi Umum. erlangga. jakarta

http//www.wikipedia.com

http//www. Reproduksi-hewan.com

Rusyana, Adun 2014. Zoologi Invertebrata. alfabeta.bandung




No comments:

Post a Comment