MAKALAH REPRODUKSI HEWAN
Disusun Oleh :
Nama :
Syahirul Alim
Nim :
2017411019.P
Dosen : Drs. Syamsul Rizal, M.Si
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Segala puji bagi Allah
SWT. yang telah yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua,
sehingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik
dan tepat pada waktunya. Dengan judul makalah “REPRODUKSI HEWAN”. Walaupun
dengan buku penunjang yang terbatas.
Adapun makalah ini
sengaja saya susun atas dasar kelengkapan tugas Fisiologi Hewan dan manusia
kelas 1 semester 4.
Dan agar para mahasiswa juga dapat
mengetahui tentang reproduksi yang terjadi pada hewan dan manusisa. Dan juga
dapat mengetahui perbedaan cara reproduksi, dan tujuan reproduksi serta banyaak
hal mengenai itu.
Saya mengucapkan
terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah
ini, semua yang telah memberi informasi yang saya tidak bisa sebut satu
persatu.
Dalam penyusunan
makalah ini saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya,
maka untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
dari para pembaca dalam kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dalam membantu proses belajar dalam
biologi khususnya Fisiollgi Hewan.
Sekali lagi saya ucapkan TERIMA KASIH.
Palembang Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
................................................................................... i
DAFTAR
ISI ................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar
Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan.................................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN ...............................................................................
A.
GAMBARAN UMUM
REPRODUKSI HEWAN............................ 2
1. Reproduksi aseksual maupun reproduksi seksual
terjadi pada tingkat kingdom hewan 2
2. Mekanisme reproduksi aseksual yang beranekaragam dan
mampu membuat keturunan yang identik
secara cepat................................................................................................ 2
3. Siklus dan pola reproduksi hewan sangat bervariasi....................... 3
B.
MEKANISME
REPRODUKSI SEKSUAL...................................... 5
BAB
III PENUTUP....................................................................................... 8
Kesimpulan...................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Reproduksi merupakan salah satu ciri dari makhluk,
disamping ciri-ciri lain seperti; respirasi, transportasi, pencernaan,
ekskresi, koordinasi, dan iritabilitas. Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan
untuk melakukan reproduksi atau proses perkembangbiakan. Secara umum reproduksi
pada makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu reproduksi seksual
(secara perkawinan) dan reproduksi aseksual (tanpa perkawianan).
Pada reproduksi seksual mengunakan alat/organ
seksual berupa sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, sedangkan pada
reproduksi aseksual, tidak menggunakan alat/organ seksual, sehingga proses
perkembanganbiakan menggunakan organ tubuh, seperti akar dan batang pada
tumbuhan.
Reproduksi seksual disebut juga perkembangbiakan
secara generative, sedangkan reproduksi aseksual disebut juga perkembangbiakan
secara vegetative. Reproduksi seksual umumnya dilakukan oleh hewan tingkat
tinggi dan sebagian tunbuhan. Sedangkan reproduksi aseksual umum dilakukan
hewan tingkat rendah dan sebagian tumbuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah alat/organ reproduksi pada hewan?
2. Bagaimanakah proses reproduksi pada hewan?
C. Tujuan
1. Mengetahui alat/organ
reproduksi pada hewan.
2. Mengetahui proses
reproduksi pada hewan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Reproduksi Hewan
1.
Reproduksi aseksual maupun reproduksi
seksual terjadi pada tingkat kingdom hewan
Terdapat dua modus
utama reproduksi hewan. Reproduksi aseksual (Bahasa Yunani, “tanpa seks” )
adalah pencipta individu baru yang semua gen nya berasal dari satu induk tanpa
pelebur telur dan sperma.Pada sebagian kasus, reproduksi aseksual secara keseluruhan mengandalkan pembelahan
sel secara mitosis. Reproduksi seksual adalah penciptaan keturunan melalui
peleburan gamet haploid untuk membentuk zigot (telur yang sudah dibuahi), yang
diploid. Gamet di bentuk melalui
meiosis. Gamet betina, ovum (telur yang belum di buahi), umumnya adalah sel
relatif lebih besar dan tidak motil. Gamet jantan, spermatozoon, umumnya adalah sel yang kecil namun motil. Reproduksi seksual meningkatkan keragaman genetik di antara keturunan dengan cara membangkitkan kombinasi
unik gen yang di wariskan dari dua induk.
2.
Mekanisme reproduksi aseksual yang
beranekaragam dan mampu membuat
keturunan yang identik secara cepat
Banyak invertebrata
dapat bereoroduksi scara aseksual dengan pembelahan (fission), yaitu pemisahan sebuah induk
menjadi dua atau lebih individu dengan ukuran kira-kira sama. Dalam reproduksi
aseksual bentuk lain, beberapa invertrebrata melepaskan sekelompok sel-sel
khusus yang dapat tumbuh menjadi individu baru. Sebagai contoh, gemula
(gemmule) dari spons terbentuk ketika sel-sel dari berbagai jenis bermigrasi
bersama di dalam spons itu dan kemudian di
kelilingi oleh suatu lapisan pelindung.
Jenis reproduksi aseksual
lain yang dapat di temukan adalah fragmentasi, yaitu pematahan tubuh menjadi
beberapa bagian dan beberapa atau semuanya berkembang menjadi individu dewasa
yang lengkap. Bagi hewan untuk dapat bereproduksi dengan cara ini, fragmentasi
harus di sertai daengan regenerasi, yaitu pertumbuhan kembali bagian tubuh yang
hilang itu. Reproduksi melalui fragmentasi dan regenerasi terjadi pada banyak
hewan spons, cnidaria, annelida polikaeta, dan tunikata.Banyak hewan lain juga
dapat menggantikan anggota tubuh yang hilang dengan cara regenerasi misalnya,
sebagian besar bintang laut dapat menumbuhkan lengan baru ketika terluka atau
patah, tetapi hal tersebut bukan merupakan reproduksi karena tidak dihasilkan
individu baru. Pada bintang laut dari genus Linckia, individu baru bisa tumbuh
dan berkembang dari sepotong lengan. Dengan demikian, satu hewan dengan lima
lengan, jika diputuskan semuanya. Secara aseksual dapat menghasilkan lima
keturunan.
Reproduksi aseksual
mempunyai beberapa potensi keuntungan. Sebagai contoh, hal tersebut mebuat
hewan-hewan yang hidup dalam isolasi mampu menghasilkan keturunan tanpa harus
mencari dan menemukan pasangan kawin. Reproduksi aseksual dapat juga
menciptakan banyak sekali keturunan dalam waktu singkat, yang merupakan hal
ideal untuk dapat mengkolonisasi suatu habitat secara cepat.
3. Siklus dan
pola reproduksi hewan sangat bervariasi
Sebagian besar hewan
memperlihatkan siklus yang jelas dan
pasti dalam aktivitas reproduksi, yang seringkali dikaitka dengan perubahan
musim. Sifat periodik reproduksi memungkinkan hewan untuk menghemat sumberdaya
dan menghasilkan keturunan ketika lebih banyak energi tersedia dibandingkan dengan
yang diperlukan untuk memelihara kondisi dan ketika kondisi lingkungan
mendukung kelangsungan hidup keturunan. Domba betina, misalnya, mempunyai
siklus reproduksi selama 15 hari dan berevolusi pada pertengahan setiap siklus.
Siklus ini umumnya terjadi selama musim gugur dan pada awal musim dingin,
sehingga anak domba umumnya lahir pada akhir musim dingin atau semi. Bahkan
hewan yang hidup di habitata yang hampir stabil. Seperti daerah tropis atau
lautan, umumnya bereproduksi hanya pada
waktu- waktu tertentu dalam
setahun. Siklus reproduksi dikontrol oleh kombinasi petunjuk hormon dan
lingkungan.
Hewan dapat
bereproduksi hanya secara aseksual atau
seksual, atau bisa bergantian kedua
modus tersebut. Pada afid (aphid, kutu daun), rotifera, dan krustase air tawar
daphinia, setiap betina dapat menghasilkan dua jenis telur, tergantung pada
kondisi lingkungan, misalnya waktu-waktu dalam setahun. Satu jenis telur di
buahi, tetapi jenis telur yang lain berkembang dengan cara partenogenesis
yaitu, proses perkembangan telur tanpa di buahi. Hewan dewasa yang di hasilkan
melalui partenogenesis seringkali haploid, dan sel-selnya tidak mengalami
meosis dalam pembentukan telur -telur baru. Dalam kasus Daphnia, pergantian
dari reproduksi seksual ke reproduksi aseksual seringkali berkaitan dengan
musim. Perilaku seksual pada kadal partenagenetik yaitu kadal whiptail yang
hidup di gurun dan padang rumput (Cnemidophorus uniparens) adalah spesies yang semua anggotanya betina. Repilia
ini bereproduksi secara partenogenesis, telor mengalami pengandaan kromosom
setelah meiosis dan berkembang menjadi kadal tanpa harus di buahi. Akan tetapi,
ovulasi ditingkat dengan terjadinya ritual percumbuan dan perkawinan yang
meniru perilaku spesies yang berhubungan dekat dan bereproduksi secara seksual
Pola reproduksi yang
menakjubkan lain nya adalah hermafroditisme sekuensial, dimana suatu individu
mengubah jenis kelaminya selama masa hidupnya. Pada beberapa spesies, hewan
hermafrodit seksuensial bersifat protogini (protogynous, betina dulu
baru berganti menjadi jantan), sementara spesies lain bersifat protandri
(protandrous, jantan dulu beru berganti menjadi betina). Pada berbagai spesies
ikan-ikan karang yang di sebut sebagai wrasse,
pengubahan jenis kelamin di kaitkan dengan umur dan ukuran. Sebagai
contoh, wrasse kepala biru karibia adalah spesies protogini dimana hanya
individu yang terbesar (umumnya yang tertua) berubah dari betina ke jantan.
Ikan ini hidup dalam kelompok yang terdiri atas seekor jantan dan beberapa ekor betina. Jika yang
jantan mati atau dikeluarkan dari
percobaan, betina yang paling besar dalam kelompok tersebut akan berubah jenis
kelamin dan menjadi jantan baru.
Dalam tempo satu minggu, individu yang berubah kelamin itu sudah menghasilkan
sperma sebagai pengganti telur. Pada spesies ini, jantan akan membela dan mempertahankan
kelompok itu dari pengacau, dan dengan demikian
ukuran yang lebih besar memberikan keuntungan reproduksi yang lebih besar
bagi jantan di bandingkan betina. Sebaliknya , terdapat hewan protandri yang
berubah dari jantan ke betina ketika ukuran bertambah. Pada kasus seperti itu,
ukuran yang lebih besar bisa meningkatkan keberhasilan reproduksi betina di bandingkan jantan.
B.
Mekanisme Reproduksi Seksual
Mekanisme fertilasi,
yaitu peleburan sperma dengan telur, Baik memainkan peranan penting dalam
reproduksi seksual. Beberapa spesies melakukan fertilisasi eksternal, telur di
lepaskan betina dan di buahi oleh jantan
dalam lingkungan sekitarnya. Spesies lain melakukan fertilisasi internal, sperma
didepositkan di dalam atau di dekat saluran reproduksi betina, dan fertilisasi terjadi di dalam
saluran tersebut.
Fertilasi internal
memerlukan perilaku kooperatif, yang mengarah ke populasi. Pada beberapa kasus,
perilaku seksual yang tidak karakteristik (sesuai karakter atau ciri)
dihilangkan oleh seleksi alam secara langsung, sebagai contoh, laba laba betina
akan memakan jantan jika sinyal-sinyal reproduksi spesifik tidak diikuti selama
perkawinan. Fertilisasi internal juga memerlukan sistem sistem reproduksi yang
canggih, termasuk organ kopulasi yang mengirimkan sperma dan resptakel atau
penyangga untuk penyimpanannya dan pengangkutanya menuju telur yang matang.
Fertilasi eksternal
memerlukan suatu lingkungan dimana sebuah telur dapat berkembang tanpa
kekeringan atau cekaman panas, maka
fertilisasi jenis tersebut terjadi hampir secara eksklusif di habitat
yang lembap. Banyak invertebrata akuatik hanya sekedar melepaskan telur dan
spermanya ke dalam lingkungan sekitar,
dan fertilisasi terjadi tanpa adanya kontak fisik yang sesungguhnya di antara
kedua induk. Pengaturan waktu sangat penting untuk menjamin bahwa sperma yang
sudah dewasa memerlukan telur yang sudah matang.
Banyak ikan dan amfibi
yang melakukan fertilisasi eksternal memperlihatkan perilaku kawin yang
spesifik, yang berakhir dengan seekor jantan membuahi telur-telur seekor betina
. Perilaku percumbuan adalah pemicu bagi jantan maupun betina untuk melepaskan
gamet, dengan dua pengaruh. Peluang keberhasilan pembuahan akan meningkat dan pilihan pasangan kawin jadi selektif.
1. Reproduksi seksual/generative
Sebagian besar invertebrata melakukan reproduksi
secara seksual. Reproduksi seksual dicirikan dengan penyatuan gamet
(fertilisasi), yaitu sperma dan ovum. Fertilisasi pada invertebrata sering dijumpai
pada cacing tanah yang bersifat hermafrodit (satu individu menghasilkan sperma
dan ovum).
a.
Konjugasi yaitu
persatuan antara dua individu yang belum mengalami spesialisasi sex. Terjadi
persatuan inti (kariogami) dan sitoplasma (plasmogami). Contohnya pada
Paramaecium sp.
b.
Fusi yaitu persatuan/peleburan duya macam
gamet yang belum dapat dibedakan jenisnya. Dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1.
Isogami yaitu
persatuan dua macam gamet yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Contohnya
pada Phyllum Protozoa.
2.
Anisogami yaitu persatuan dua macam gamet yang
berbeda ukuran dan bentuknya sama. Contohnya Chlamydomonas sp.
3.
Oogami yaitu
persatuan dua macam gamet yang memiliki ukuran dan bentuk yang tidak sama.
Contohnya pada Hydra sp.
2.
Reproduksi Pada Vertebrata
a. Class
Pisces yaitu dengan ovipar dan secara fertilisasi eksternal, ovovivipar dan
vivipar. Organ reproduksinya meliputi testis, vas deferens, lubang urogenitalia
untuk jantan dan untuk betina adalah ovarium, oviduk dan lubang urogenitalia.
b. Class Amphibia yairu dengan fertilisasi
eksternal. Organ reproduksinya meliputi testis, vasa efferentia dan kloakauntuk
jantan dan untuk betina yaitu ovarium, oviduk dan kloaka.
c. Class
Reptilia yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksinya meliputi
testis, hemipenis, vas deferens, epididimis dan kloaka. Untuk betina yaitu
ovarium, oviduk dan kloaka.
d. Class
Aves yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksi bagi yang jantan yaitu
testis, vas deferens dan kloaka. Untuk yang betina meliputi ovarium kiri,
oviduk, dan kloaka.
e. Class Mammalia yaitu dengan fertilisasi
internal. Organ reproduksi jantan meliputi penis, vas deferens, testis dan
anus. Untuk yang betina meliputi ovarium, oviduk, uterus dan anus. Memiliki
sistem menstruasi yang disebut dengan fase estrus serta tipe uterus yang
kompleks.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Reproduksi
aseksual menghasilkan keturunan yang semua gennya berasal dari satu induk.
Reproduksi seksual memerlukan penyatuan gamer jantan dan betina untuk membentuk
suatu zigot diploid.
2.
Pembelahan,
pertunasan, dan fragmentasi dengan regenerasi adalah mekanisme reproduksi
aseksual pada berbagai invertebrata.
3.
Hewan bisa
bereproduksi secara seksual atau aseksual saja, atau bergantian satu sama lain
antara keduanya, tergantung pada kondisi lingkungan. Variasi pada kedua modus
ini dimungkinkan melalui adanya partenogenesis, hermafroditisme, dan
hermafroditisme sekuensial. Siklus reproduksi dikontrol ole hormon dan petunjuk
lingkungan, seperti perubahan dalam suhu, curah hujan, panjang siang hari, dan
sekitar bulan musiman.
4.
Pada fertilisasi
eksternal, telur yang di lepaskan oleh betina dibuahi atau defertilisasi oleh
sperma oleh sperma pada lingkungan eksternal. Pada fertilisasi internal, telur
dan sperma menyatu di dalam tubuh betina.
5.
Fertilisasi
eksternal dan internal memerlukan pengaturan waktu yang kritis, yang seringkali
di perantarai oleh petunjuk lingkungan, feromon, dan/atau perilaku percumbuan.
Fertilisasi internal memerlukan adanya interaksi perilaku penting antara hewan
jantan dan betina, dan juga adanya organ kopulasi yang sesuai dan cocok.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece-Mitchell.
2010. Biologi Umum. erlangga. jakarta
http//www.wikipedia.com
http//www. Reproduksi-hewan.com
Rusyana, Adun
2014. Zoologi Invertebrata. alfabeta.bandung
No comments:
Post a Comment