Saturday, April 6, 2019

LAPORAN PRATIKUM VII UJI ANTI MIKROBA


LAPORAN PRATIKUM VII
UJI ANTI MIKROBA









Oleh :
Nama         : Syahirul Alim
Nim            : 1512220022



Dosen Pengampu
1.  Awalul Fatiqin, Msi
2.   Ike Apriani, Msi
3.   Riri Novita Sunarti, Msi




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas yang berupa tumbuh dan berkembang. Kadang kala pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme ini terganggu. Hal ini dapat dipengaruhi baik dari mikroba itu sendiri ataupun dari luar. Salah satu pengaruh yang paling berkompoten adalah antimikroba. Anti mikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme hidup. Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan yang dapat membunuh bakteri disebut bakterisida. Atau dengan kata lain disebut juga antiboitika yaitu bahan-bahan yang bersumber hayati yang pada kadar rendah sudah menghambat pertumbuhan mikroorganisme hidup (Gobel, 2008).
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup. Secara umum, antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah sedangkan antiseptik digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Zat antiseptik yang umum digunakan diantaranya adalah iodium, hidrogen peroksida dan asam borak. Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda.
Ada yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi, ada pula yang bereaksi dengan cepat ketika membunuh mikroorganisme dan sebaliknya. Sebagai contoh merkuri klorida, zat antiseptik yang sangat kuat, akan tetapi dapat menyebabkan iritasi bila digunakan pada bagian tubuh atau jaringan lembut. Perak nitrat memiliki kekuatan membunuh yang lebih rendah, tetapi aman digunakan pada jaringan yang lembut, seperti mata atau tenggorokan. Iodium dapat memusnahkan mikroorganisme dalam waktu kurang dari 30 detik. Antiseptik lain bekerja lebih lambat, tetapi memiliki efek yang cukup lama. Kekuatan suatu zat antiseptik biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuatan zat antiseptik tertentu terhadap kekuatan antiseptik dari fenol (pada kondisi dan mikroorganisme yang sama), atau yang lebih dikenal sebagai koefisien fenol (coefficient of phenol). Fenol sendiri, pertama kali digunakan sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister pada proses pembedahan (Dwidjoseputro, 1994).
Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup seperti pada permukaan Secara umum, antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Misalnya obat-obatan seperti antibiotik dapat membunuh mikroorganisme secara internal, sedangkan disinfektan berfungsi sebagai zat untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda yang tidak bernyawa. Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau  meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah yodium (povidene iodine 10%), hydrogen peroksida, etakridin laktat (rivanol), dan alkohol (Ayumi,2011).
Aktivitas antibakteri diuji dengan metode difusi agar menggunakan cakram kertas dan dengan metode pengenceran agar. Metode difusi agar dilakukan dengan cara mencampur sebanyak 50 ml masing-masing suspense Bakteri ke dalam 15 ml media agar yang telah dicairkan dalam cawan petri dan kemudian dibiarkan menjadi padat. Cakram kertas dengan diameter 6 mm diletakkan pada permukaan media padat. Dibiarkan selama 3 menit pada suhu kamar sebelum dimasukkan ke incubator 370 C. Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929, yang secara kebetulan menemukan suatu zat antibakteri yang sangat efektif yaitu penisilin. Penisilin ini pertama kali dipakai dalam ilmu kedokteran tahun 1939 oleh Chain dan Florey. antbiotik ialah suatu bahan kimia yang dikeluarkan oleh jasadrenik/hasil sintetis semi-sintetis yang mempunyai struktur yang sama dan zat ini dapatmerintangi/memusnahkan jasad renik lainnya (Widjajanti, 1996).
Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,  Konsentrasi,  Waktu terpapar, Jenis mikroba, dan Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat hidup. Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil maupun spiril,dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang spektrumnya sempit. Penisilin hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiclin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu. Oleh karena itutetrasiclin dikatakan mempunyai spectrum luas (Dwidjoseputro, 2003).


B.       Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari prtaikum ini yaitu   Agar mahasiswa dapat melakukan pengujian daya antimikroba terhadap bakteri dan  Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi bakteri uji terhadap anti mikroba



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Mikroba
Mikroba mampu hidup dan ditemukan pada kondisi yang ekstrim seperti suhu, salinitas, pH yang relatif tinggi atau rendah dan lingkungan yang berkadar garam tinggi dimana organisme lain tidak dapat hidup. Mikroba yang dapat hidup dan tumbuh pada lingkungan panas dikenal sebagai mikroba termofilik. Pada lingkungan yang ekstrim tersebut, bakteri termofilik dapat menghasilkan enzim dengan sifat tahan terhadap suhu tinggi (Sari, 2012).
Bakteri kitinolitik merupakan kelompok bakteri yang mampu menghasilkan enzim kitinase untuk menguraikan zat kitin. Isolat bakteri kitinolitik dapat diperoleh dari sumber air panas, tanah dan lumpur, serta dari sumber perairan lain seperti sungai dan laut. enzim kitinase yang hasilkan oleh bakteri kitinolitik berasal dari perairan berperan dalam proses daur ulang kitin, dengan adanya enzim kitinase ini maka proses penguraian kitin berlangsung berkesinambungan sehingga tidak terjadi akumulasi dari sisa-sisa cangkang udang, kepiting, cumi-cumi dan organisme perairan lainnya. Bakteri kitinolitik dapat diperoleh dengan cara mengisolasi atau memindahkan bakteri tersebut dari lingkungannya di alam bebas ke dalam medium buatan (Fitri dan Yasmin, 2012).

B.       Antibiotik dan Antiseptik
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup. Secara umum, antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah sedangkan antiseptik digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Zat antiseptik yang umum digunakan diantaranya adalah iodium, hidrogen peroksida dan asam borak. Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda (Sutanto, 2002).
Antiseptik merupakan bahan kimia yang mencegah multiplikasi organisme pada permukaan tubuh, dengan cara membunuh mikroorganisme tersebut atau menghambat pertumbuhan dan aktivitas metaboliknya. Antiseptik perlu dibedakan dengan antibiotik yang membunuh mikroorganisme dalam tubuh makhluk hidup, dan desinfektan yang membunuh mikroorganisme pada benda mati. Namun antiseptik sering pula disebut sebagai desinfektan kulit. Hampir semua bahan kimia yang dipakai sebagai antiseptik dapat pula berperan sebagai desinfektan. Hal ini ditentukan oleh konsentrasi bahan tersebut. Biasanya konsentrasi bahan yang digunakan sebagai antiseptik lebih rendah daripada desinfektan (Desiyanto, 2013).
Antibiotic adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme , dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain. Antibiotik yang pertama dikenal adalah penisilin, suatu zat yang dihasilkan oleh jamur penicilium. Sp. Penisilin ditemukan oleh flerning pada tahun 1929, namun baru sejak tahun 1943 antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri. Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri dikatakan mempunyai spectrum luas, sebaliknya antibiotic yang hanya efektif untuk spesies tertentu mempunyai spectrum yang sempit. Sebelum suatu antibiotic digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu antibiotic diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Sesuai dengan keperluan, maka suatu antibiotic dapat diberikan kepada seorang pasien dengan jalan penyuntikan dapat dilakukan dengan intra moskular (Dwidjoseputro, 2005).



C.   Bahan Anti Mikroba
Senyawa antimikroba adalah bahan pengawet yang berfungsi untuk menghambat kerusakan pangan akibat aktivitas mikroba. Sejarah penggunaan pengawet didalam bahan pangan sendiri bermula dari penggunaan garam, asap dan asam (proses fermentasi) untuk mengawetkan pangan. Sejumlah bahan antimikroba kemudian dikembangkan dengan tujuan untuk menghambat atau membunuh mikroba pembusuk (penyebab kerusakan pangan) dan mikroba patogen (penyebab keracunan pangan) (Sonyaza, 2009).
Kekuatan antibiotic yang diproduksi harus disesuaikan dengan  “Internasional Standard Sample” dan satuan internasional. Pada umumnya contoh baku internasional dari suatu antibiotic mengandung sejumlah antibiotic yang telah dimurnikan secara teliti, baik terhadap kekuatannya maupun keaktifannya. Ada beberapa cara untuk menentukan preparat antibiotic. Penentuan kekuatan ini dapat dilakukan dengan tujuan sebagai berikut, menghitung daerah penghambatan dalam dalam lempeng agar dapat menentukan kosentrasi terkecil yang masih dapat menghambat pertumbuhan  (MIC) dari suatu antibiotic terhadap organisme yang belum diketahui , dan untuk mengetahui konsentrasi antibiotic yang dapat tercapai dalam cairan tubuh atau jaringan (Irianto, 2006).

D.  Jenis Zat Antiseptik
Sabun merupakan suatu bahan yang untuk membersihkan kulit baik dari kotoran maupun bakteri. Sabun yang dapat membunuh bakteri dikenal dengan sabun antiseptic. Sabun antiseptik atau disebut juga dengan sabun obat mengandung asam lemak yang bersenyawa dengan alkali dan ditambah dengan zat kimia atau bahan obat. Sabun ini berguna untuk mencegah, mengurangi ataupun menghilangkan penyakit atau gejala penyakit pada kulit. Sabun antiseptik memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri baik bakteri gram positif maupun gram negative (Fitri, 2013).
Dalam aktivitas kita sehari-hari tangan seringkali terkontaminasi dengan mikroba, sehingga tangan dapat menjadi perantara masuknya mikroba ke dalam tubuh kita. Aktivitas alcohol sebagai antimikroba adalah dengan cara mendenaturasi protein bakteri sehingga mengganggu proses metabolism sel bakteri yang menyebabkan kematian sel bakteri. Alkohol efektif membunuh bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Alkohol juga efektif untuk membuhuh jamur (Radji, 2007).
Logam berat berfungsi sebagai antimikroba oleh karena dapat mempresipitasikan enzim - enzim atau protein esensial dalam sel. Logam-logam berat yang umum dipakai adalah Hg, Ag, As, Zr dan Cu. Daya antimikroba dari logam berat, dimana pada konsentrasi yang kecil saja dapat membunuh mikroba dinamakan daya oligodinamik. Tetapi garam dari logam berat ini mudah merusak kulit, merusak alat - alat yang terbuat dari logam, dan harganya mahal (Pelczar, 2007)



BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.      Waktu dan Tempat
Praktikum tentang uji anti mikroba dilaksanakan pada hari kamis , tanggal 14 juni2017, pukul 15.00-17.00  di laboratorium biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan  Universitas Islam Negeri (UIN) raden afatah Palemabang.

B.       Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bunsen, cawan petri, incubator, jarum ose, penggaris, pinset, perforator, dan stopwatch.
2.  Bahan
Adapun Bahan yang dipakai pada praktikum ini adalah betadine, iodium, kertas buram, kertas saring, sabun yang mengandung antiseptic, media NA cair, media yang berisi mikroba, wipol. Inokulasikan secara merata biakan murni ke permukaan media NA  secara aseptic. Media NA dipanaskan hingga cair. Tuangkan media NA ke dalam cawan petri. Biarkan hingga membentuk gel.
C.      Cara Kerja
1.      Direndam kertas saring tersebut di dalam zat antiseptic selama 15 menit.
2.    Disiapkan sejumlah zat antiseptic yang diuji.
3.    Dibuat kertas hisap menggunakan kertas saring yang dibentuk bulat menggunakan perforator.
4.    Cawan petri berisi media yang steril di bagi menjadi 4 sektor sesuai dengan antiseptic.



BAB IV
HASIL DAN PEMBASAN

A.      Hasil
Sampel
Zona
Hamabatan

Rata-rata

I
II
III

Rinso
2,5
3
-
3,5
Bitandin
1,6
1,3
-
2,9
Alkohol
0,
-
-
0,067
Antibiotik
3
2,3
3,5
6,467


Rinso I = 1 - 0,5 = 2,5                  Rinso II = 3,5- 0,5 = 3
Bitadin I = 2,1 – 0,5 =1,6            Bitadin II = 1,8 – 0,5 =1,3
Alkohol I = 0,7 -0,5 = 0,2            Antibiotik I = 3,5 – 0,5 = 3
Antibiotik II =  2,8 – 0,5 = 2,3    Antibiotik III  = 4 – 0,5 = 3,5



B.  Pembahasan 
Cawan petri yang dibagi menjadi empat bagian, dimasing-masing bagian terdapat kertas saring yang sudah dibentuk bulat menggunakan perforator dan telah direndam dimasing-masing zat antiseptic. Hasil menunjukkan bahwa setiap cawan petri berbeda. Cawan petri pertama, berisi kertas saring yang direndam iodium terlihat bersih. Artinya, tak ada menandakan mikroba tumbuh. Kertas saring yang direndam rinso I, II, dan III.  juga terlihat bersih. Namun, yang direndam dengan rinso terdapat mikroba dengan diameter zona I hambat 2,5 dan zona II 3.
Cawan petri kedua, berisi kertas saring yang direndam iodium terlihat ada mikroba dengan diameter zona I hambat 1,3 cm. Kertas saring yang direndam bitadin terlihat bersih. Namun, yang direndam dengan betadine terdapat mikroba dengan diameter zona II hambat 1,6.  Cawan petri ketiga, sama seperti cawan petri kedua. Artinya, ada dua yang bersih dan yang lain ditumbuhi mikroba. Hanya berbeda pada diameternya. Kertas saring yang direndam iodium terlihat ada mikroba dengan diameter zona I 0,2 hambat . Kertas saring yang direndam BItadin dan sabun terlihat bersih. Namun, yang direndam dengan alkohol terdapat mikroba dengan diameter zona I hambat 0,2. Cawan petri keempat, berisi kertas saring yang direndam iodium terlihat ada mikroba dengan diameter zona  I hambat 3. Kertas saring yang direndam antibiotik pada zona II dengan hambatan 2,3 dan zona III dengan hambatan 3,5.
Menurut Sumarno (2002), Betadine adalah nama dari sebuah antiseptik yang tersedia bebas yang digunakan untuk mengobati luka kecil pada mamalia. Betadine juga digunakan untuk mempersiapkan kulit sebelum operasi, karena merupakan mikrobisida topikal kuat berspektrum luas yang mengandung 10% povidon-iodin. Iodin povidon (bahasa Inggris: povidone-iodine, PVP-I) adalah sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% iodin aktif, jauh lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka, dan meninggalkan deposit iodin aktif yang dapat menciptakan efek berkelanjutan. Keuntungan antiseptik berbasis iodin adalah cakupan luas aktivitas antimikrobanya. Iodin menewaskan semua patogen utama berikut spora-sporanya, yang sulit diatasi oleh desinfektan dan antiseptik lain. Sabun biasa tidak banyak khasiatnya sebagai zat pembunuh bakteri (bakterisida), tetapi kalau dicampur dengan heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Sejak lama obat pencuci yang mengandung ion (deterjen) banyak digunakan sebagai pengganti sabun. Deterjen tidak hanya bersifat bakteriostatik, melainkan juga merupakan bakterisida. Terutama bakteri yang bersifat Gram positif.
Hasil menunjukkan bahwa pada iodium dan betadine terdapat zona hambat. Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhan nya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media agar oleh antibiotic. Perbedaan disetiap cawan petri dikarenakan pada perlakuan kurang aseptic. Perlakuan aseptik ialah perlakuan yang bertujuan terbebas dari mikroorganisme. Aseptik diimbangi dengan sterilisasi yang merupakan upaya untuk menghilangkan kontamina mikroorganisme yang menempel pada alat atau bahan yang akan dipergunakan untuk analisa selanjutnya.
Menurut Sumarno (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi zona hambat adalah sebagai berikut. Kekeruhan suspensi bakteri. Kurang keruh, zona hambat lebih besar. Lebih keruh diameter zona hambatan makin sempit..      Waktu pengeringan/pengeresapan suspensi bakteri kedalam Moellerhiton Agar. Tidak boleh lebih dari batas waktu yang dibolehkan. Karena dapat mempersempit diameter zona hambatan, Temperatur inkubasi. Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, inkubasi dilakukan pada 35oC, kadang-kadang ada bakteri yang kurang subur pertumbuhannya. Waktu inkubasi. Hampir semua cara menggunakan waktu inkubasi 16-18 jam. Kurang dari 16 jam pertumbuhan bakteri belum sempurna sehingga sukar dibaca/diameter zona hambatan lebih besar. Lebih dari 18 jam pertumbuhan lebih sempurna sehingga zona hambatan makin sempit. Tebalnya agar-agar. Ketebalan agar-agar sekitar 4 mm. Kurang dari itu difusi obat lebih cepat, lebih dari itu difusi obat akan terjadi lambat. Jarak antara disc obat. Yang dianjurkan minimal 15 mm, untuk menghindari terjadinya zona hambatan yang tumpang tindih. Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat relative dan bukan absolute. Ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit. Antibiotic yang ideal harus memenuhi syarat-syarat yaitu mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas dan tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen.




BAB V
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Pengujian daya antimikroba terhadap bakteri menggunakan kertas hisap yaitu kertas saring yang telah direndam didalam zat antiseptic yang digunakan selama 15 menit. Pengidentifikasian bakteri uji terhadap antimikroba dengan mengukur diameter zona hambat dari pertumbuhan bakteri. Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhan nya akibat antibakteri atau antimikroba. Hasil menunjukkan bahwa pada iodium dan betadine merupakan antiseptic yang lemah dibandingkan alkohol  dan antibiotik.

B.       Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu sebaiknya guna alat yang di gunakan pada setiap pratikum haruslah di bersihkan terlebih dahulu dan di persiapkan 30 menit sebelum melakukan pratktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Greenwood. 1995. Mikrobiologi. UGM Press. Yogyakarta.
Irianto. 2006. Biologi Interaktif. Ganeca Exact. Jakarta.
Pelczar. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia (U I Press). Jakarta.
Radji, dkk. 2007. Uji Efektivitas Antimikroba Beberapa Merek Dagang Pembersih Tangan Antiseptik. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.IV, No.1. Hal: 5.
Sari, dkk. 2012. Penapisan dan Karakterisasi Bakteri Selulolitik Termofilik Sumber Air Panas Sungai Medang, Kerinci, Jambi. Jurnal Biologi Universitas Andalas. Vol.1, No.2. Hal: 166.
Sonyaza. 2009. Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Sumarno. 2000. Teknik Dasar Pemeliharaan Mikroba. Intan Prawira. Jakarta.
Sutanto. 2002. Penerapan pertanian organic. Kanisius. Yogyakarta.
 


No comments:

Post a Comment