LAPORAN PRAKTIKUM IV
PENGAMATAN STRUKTUR EMBRIO PADA BUAH
Oleh :
Mifta Huljana
(1512220012)
Dosen Pembimbing :
Winna Elisti, M.Si
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Peristiwa
pembuahan menyebabkan bakal buah berkembang menjadi buah dan bakal biji
berkembang menjadi biji. Zigot yang terdapat dalam biji juga berkembang menjadi
embrio. Pada saat yang sama, bunga mengalami perubahan yang menyebakan
perkembangan bakal buah menjadi buah. Perhiasan bunger dan benang sari biasanya
layu, lalu gugur, dan kemudian, setelah
polinasi, tangkai putik (stilus) mengering. Namun, bakal buah bertambah besar
dan mengalami berbagai modifikasi histologis yang menyebabkan berbagai jaringan
berubah bentuk selnya. Beberapa atau seluruh modifikasi dapat berperan dalam
megahasilkan mekenisme untuk penyebaran biji. Jika diikuti perkembangannya,
buah sebenarnya terdiri dari bakal buah yang telah dewasa
Embrio adalah sebuah eukariota diploid
multisel dalam tahap paling awal dari perkembangan. Dalam organisme yang
berkembang biak secara seksual, ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya
adalah satu sel yang disebut zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang
tuanya. Dalam tumbuhan, hewan, dan beberapa protista, zigot akan mulai membelah
oleh mitosis untuk menghasilkan organisme multiselular. Hasil dari proses ini
disebut embrio.
Pada tumbuhan,
istilah embrio hanya dipakai untuk tumbuhan kecil yang terbentuk dalam biji
yang berada dalam keadaan dormansi, menunggu kondisi lingkungan yang tepat
untuk berkecambah.
Embrio
Tumbuhan adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet
jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Embrio yang berkembangnya
sempurna terdiri dari struktur-struktur sebagai berikut : epikotil (calon
pucuk), hipokotil (calon batang), kotiledon (calon daun) dan radikula (calon
akar). Tanaman di dalam kelas Angiospermae diklasifikasikan oleh banyaknya
jumlah kotiledon. Tanaman monokotiledon mempunyai satu kotiledon misalnya :
rerumputan dan bawang. Tanaman dikotiledon mempunyai dua kotiledon misalnya
kacang-kacangan sedangakan pada kelas Gymnospermae pada umumnya mempunyai lebih
dari 2 kotiledon misalnya pinus, yang mempunyai sampai sebanyak 15 kotiledon.
Pada rerumputan (grasses) kotiledon yang seperti ini disebut scutellum, kuncup
embrioniknya disebut plumulle yang ditutupi oleh upih pelindung yang disebut
koleoptil, sedangkan pada bagian bawah terdapat akar embrionik yang disebut
ridicule yang ditutupi oleh upih pelindung yang disebut coleorhiza.
Sedangkan
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya
tanaman berbiji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan. Perkecambahan
biji monokotil dan dikotil memiliki perbedaan. Baik dari segi struktur
maupun pertumbuhannya.
Pertumbuhan dan perkembangan pada
pertumbuhan biji dimulai dengan perkecambahan. Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil dari
biji). Embrio yang merupakan calon individu baru terdapat di dalam biji. Jika
suatu biji tanaman ditempatkan pada lingkungan yang menunjang dan memadai, biji
tersebut akan berkecambah.
B. Tujuan
Adapun tujuan praktikum
yaitu untuk mengetahui embrio dalam biji pada tanaman monokotil dan dikotil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Embrio
Proses pertumbuhan dan perkembangan
embrio pada tumbuhan sering disebut sebagai perkecambahan. Perkecambahan
merupakan permulaan atau awal pertumbuhan embrio di dalam biji. Biji yang
berkecambah dapat membentuk planula karena di dalamnya mengandung embrio.
Embrio atau lembaga mempunyai tiga bagian, yaitu radikula (akar lembaga),
kotiledon (daun lembaga), dan kaulikalus (batang lembaga).
Peristiwa
pembuahan menyebabkan bakal buah berkembang menjadi buah dan bakal biji
berkembang menjadi biji. Zigot yang terdapat dalam biji juga berkembang menjadi
embrio. Pada saat yang sama, bunga mengalami perubahan yang menyebakan
perkembangan bakal buah menjadi buah. Perhiasan bunger dan benang sari biasanya
layu, lalu gugur, dan kemudian, setelah
polinasi, tangkai putik (stilus) mengering. Namun, bakal buah bertambah besar
dan mengalami berbagai modifikasi histologis yang menyebabkan berbagai jaringan
berubah bentuk selnya. Beberapa atau seluruh modifikasi dapat berperan dalam
megahasilkan mekenisme untuk penyebaran biji. Jika diikuti perkembangannya,
buah sebenarnya terdiri dari bakal buah yang telah dewasa (Hidayat, 2005).
Secara
normal perkembangan buah terjadi setelah pembuahan. Bakal buah meluas ke arah
plassenta dan ovarium. Bertambahnya ukuran buah disebabkan oleh adanya dua
proses, yaitu pembelahan sel (yang diawakili dengan membesarnya, sebelum
pembelahan mitosis) dan pembesaran sel selanjutnya. Biasanya awal terjadinya
pembesaran sel tergantung pada pembelahan sel, dan dimulai sebelum antesis,
kemudian berlanjut sampai buah nyata. Tingkat ini kemudian secara berangsur
diganti dengan perkembnagn sel dan diikuti oleh pertumbuhan memanjang (Sumardi,
1993).
Setelah
terjadi pembuahan, bakal buah akan berkembang menjadi buah dan bakal biji
menjadi biji. Namun ada pula peristiwa pembentukan buah yang tidak didahului
dengan pembuahan. Peristtiwa itu disebut partenokarpi. Pada dasarnya jaringan
penyusun buah berasal dari perkembangan jaringan penyusun bakal buah.
Seharusnya dinamakan kulit buah (perikarpium) adalah perkembangan dari dinding
ovarium, tetapi pada prakteknya kadang-kadang kulit buah tidak hanya berasal
dari dinding ovarium saja. Buah semu tidak dibentuk dari bakal buah saja tetapi
mungkin dari bagian bunga lain. (Savitri, 2008).
Secara
umum buah berkembang sesudah pembuahan (ferstilisasi), tetapi tidak selalu
demikian. Buah pada banyak tumbuhan, seperti misalnya varietas tertentu dari
Musa, Citrus, dan Vitis, berkembang tanpa pembentukan bijinya. Fenomena ini
disebut partenokarpi. Pada beberapa tumbuhan umpamanya Kacang tanah (Arachis
hypogaea), buahnya itu hanya berkembang setelah ginofor atau tiang putih
menembus kedalam tanah dengan membawa serta karpel atau daun buah dengan ovul atau
bakal biji yang telah dibuahi (Fahn, 1982).
Berdasar
struktur kulit buahnya dapat dibedakan buah kering dan buah berdaging. Buah
bedaging adalah buah yang mempunyai kulit buah tebal dan berdaging. Sedangkan
buah kering mempunyai kulit buah yang tipis. Perikarp dapat mengalami
diferensiasi menjadi 2 bagian, yang luar disebut ektokarp dan bagian dalam
menjadi endokarp. Pada babarapa jenis buah, perikarp berdiferensiasi menjadi 3
bagian, yaitu eksokarp, mesokarp, dan endokarp. Pada buah terkadang hanya mempunyai
lebih dari satu ruangan berisi satu biji atau beberapa biji. Adapula buah yang
mempunyai lebih dari satu ruang dan setiap ruang dapat berisi satu biji atau
lebih. Biji merupakan alat
perkembangbiakan tumbuhan Angiospermae karena di dalam biji tersebut ditemukan
embrio yang merupakan calon tumbuhan baru. Untuk berkecambah biji memerlukan
tenaga yang diperoleh dari cadangan makanan. Berdasarkan letak cadangan
makanannya yaitu jaringan biji yang albuminus dan eksalbuminus. Biji dibentuk dengan adanya perkembangan
bakal biji. Pada saat pembuahan tabung sari memasuki kantong embrio melalui
mikrofil dan menempatkan dua buah inti gamet jantan padanya. Satu diantaranya
bersatu dengan inti sel telur dan yang lain bersatu dengan inti polar atau
hasil penyatuannya, yakni inti sekunder. (Hidayat, 2005).
Selain cadangan makanan kulit biji juga
mempunyai struktur yang bermacam-macam. Kulit biji seharusnya merupakan
perkembangan integumen tetapi kadang-kadang tidak hanya integument saja.
Jaringan yang mungkin membentuk kulit biji adalah kalaza, raphe, dan sebagian
jaringan nuselus, sel tannin, sel skelerenkim, dsb. Jaringan yang mugkin tampak
pada penampang melintang biji diantaranya : jaringan kulit biji yang tersusun
dari lapisan sel makrosklereida atau osteosklereida, hilum, endospermae yang
berisi butir amilum atau bahkan mungkin aleuron, embrio dsb. (Savitri, 2008).
Di dalam biji tumbuhan ada beberapa
bagian-bagian, yaitu plumula, epikotil, hipokotil, radikula dan kotiledon. Di
dalam kegiatan yang Anda lakukan akan menemukan calon individu baru (embrio)
yang dilengkapi dengan cadangan makanan.
Bagian-bagian biji pada jagung dan kacang :
1.
Pada
biji kacang (tumbuhan dikotil) yang disebut embrio adalah kuncup embrionik yang
memanjang dan melekat pada kotiledon, pada biji ini terdapat dua kotiledon.
Bagian bawah pangkal (aksis) yang melekat pada kotiledon dinamakan hipokotil
dan bagian ujungnya (terminal) disebut radikula. Bagian atas pangkal adalah
epikotil, dan bagian ujungnya adalah plumula yang terlihat sepasang daun dengan
pucuknya.
2.
Pada
biji jagung (tumbuhan monokotil) hanya terdapat satu kotiledon yang sering
dinamakan dengan skutelum. Pada saat terjadinya proses perkecambahan, akar akan
diselubungi oleh koleoriza dan pada ujung embrio diselubungi oleh koleoptil.Dua
macam jenis perkecambahan biji tumbuhan dapat dibedakan atas perkecambahan
hipogeal tumbuhan dan epigeal tumbuhan.
a. Perkecambahan Hipogeal
Tumbuhan memperlihatkan terjadinya
pertumbuhan memanjang dari epikotil sehingga menyebabkan plumula keluar dan
menembus pada kulit bijinya yang nantinya akan muncul di atas tanah, sedangkan
kotiledonnya masih tetap berada di dalam tanah. Contoh perkecambahan ini
terjadi pada kacang kapri.
b.Perkecambahan Epigeal
Hipokotil tumbuh memanjang yang
mengakibatkan kotiledon dan plumula sampai keluar ke permukaan tanah, sehingga
kotiledon terdapat di atas tanah. Contoh perkecambahan ini terjadi pada kacang
tanah, kacang hijau.
Untuk mencukupi kebutuhan
pertumbuhannya, embrio memperoleh makanan yang berasal dari cadangan makanan di
dalam keping biji (kotiledon). Berdasarkan jumlah kotiledonnya tumbuhan berbiji
dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tumbuhan yang memiliki satu keping
biji (kotiledon) disebut tumbuhan monokotil (bijinya tidak berbelah dan berakar
serabut), contohnya biji jagung dan kelapa, sedangkan tumbuhan yang memiliki
dua keping biji (kotiledon) disebut tumbuhan dikotil (bijinya berbelah dan
berakar tunggang), contohnya biji kacang dan mangga.
Ada tiga macam bagian penyusun embrio
yang penting pada proses perkecambahan, yaitu sebagai berikut:
1.
Tunas
embrionik, sebagai calon batang dan daun yang dapat tumbuh dan berkembang
menjadi bunga dan buah.
2.
Akar
embrionik, sebagai calon akar yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi akar.
3.
Kotiledon
atau keping biji, merupakan cadangan makanan untuk pertumbuhan embrio hingga
mencapai terbentuknya daun, karena embrio tersebut belum menghasilkan makanan
sendiri melalui fotosintesis.
Apabila biji-biji tumbuhan tersebut
berada di lingkungan yang cocok, maka embrionya akan segera tumbuh yang
ditandai dengan perkecambahan. Saat biji tumbuhan mulai berkecambah, sebenarnya
adalah awal pertumbuhan pasca embrionik yang dimulai dari pembelahan sel terus
menerus secara cepat merupakan periode percepatan pertumbuhan jaringan meristem
embrio. Dari proses ini dibagikan sel-sel jaringan baru dengan bentuk, susunan,
dan fungsi berbeda, kemudian tumbuh menjadi berbagai organ jaringan seperti
tunas embrionik, akar embrionik, dan kotiledon yang selanjutnya membentuk organ
tumbuhan.
Pada awalnya, organ tumbuhan yang terbentuk adalah
akar, batang, daun. Setelah pertumbuhan mencapai tanaman atau tumbuhan muda,
maka pertumbuhan selanjutnya yaitu dari pertumbuhan tanaman muda menjadi
dewasa. Proses pertumbuhannya digantikan oleh aktivitas jaringan meristem
primer pada titik tumbuh yang terletak di ujung akar maupun di ujung batang,
yang memungkinkan pertumbuhan tanaman menjadi bertambah tinggi atau panjang
yang disebut pertumbuhan primer.
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat
Pelaksanaan
praktikum tentang Struktur Buah dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 22 Mei
2017 pukul 08.00–09.50 WIB. Di Laboratorium Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Pendidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
B. Alat
dan Bahan
1. Alat
a.
Pisau
b.
Cutter
c.
Kertas Binder
2.
Bahan
a.
Mangga
b.
Alpukat
c.
Kelapa
d.
Nangka
C. Cara
Kerja
a. Siapkan
alat dan bahan untuk praktikum
b.
Siapkan kertas untuk
wadah bekas pemotongan buah
c.
Potong setiap buah dan
ambil biji masih terdapat embrio
d.
Ambil embrio buah
tersebut dan letakkan di kaca sample
e.
Amati bentuk struktur
embrio tersebut
f.
Foto hasil pengamatan
tersebut.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel 1 Pengamatan embrio mangga
Gambar
Pengamatan
|
|
|
|
Keterangan
|
|
|
Tabel 2 Pengamatan embrio alpukat
Gambar
Pengamatan
|
|
|
|
Keterangan
|
|
|
Tabel 3 Pengamatan embrio kelapa
Gambar
Pengamatan
|
|
|
|
Keterangan
|
|
|
Tabel 4 Pengamatan embrio nangka
Gambar
Pengamatan
|
|
|
|
Keterangan
|
|
|
B. Pembahasan
Pada pengamatan
table satu atau pengamatan manga yaitu terdapat struktur garis pada embrio
tersebut karena pada bagian embrio tersebut telah dilakukan pengepressan pada
embrio tersebut aar mudah diamati pada mikroskop. Selain itu juga pada bagan
embrionya terdapat arsiran yang terjadi pada embrio tersebut .
Lembaga adalah calon tumbuhan baru, yang akan tumbuh menjadi
tumbuhan baru, setelah biji memperoleh syarat-syarat yang diperlukan. Selain cadangan makanan
kulit biji juga mempunyai struktur yang bermacam-macam. Kulit biji seharusnya
merupakan perkembangan integumen tetapi kadang-kadang tidak hanya integument
saja. Jaringan yang mungkin membentuk kulit biji adalah kalaza, raphe, dan
sebagian jaringan nuselus, sel tannin, sel skelerenkim, dsb. Jaringan yang
mugkin tampak pada penampang melintang biji diantaranya : jaringan kulit biji
yang tersusun dari lapisan sel makrosklereida atau osteosklereida, hilum,
endospermae yang berisi butir amilum atau bahkan mungkin aleuron, embrio dsb.
Putih lembaga adalah bagian dari biji yang terdiri dari
suatu jaringan yang menjadi tempat cadangan makanan bagi lembaga.
Kulit biji merupakan bagian terluar biji dan berasal dari
selaput bakal biji. Pada umumnya, kulit biji dari tumbuhan berbiji tertutup
(Angiospermae) terdiri atas dua lapisan sebagai berikut.
Bentuk Sel Heksagonal merupakan bentuk yang cocok untuk
perencanaan dan desain system seluler karena mendekati bentuk lingkaran bentuk
yang iseal area coverage, tanpa gap dan overlap dengan sel heksagonal yang
lain.
Pada pengamatan table alpukat hanya terdapat bercak dan
titik hitam didaerah embrionya. Dan disekitar embrio tersebut terdapat
garis-garis struktur bentuk dari embrio tersebut. Pada pinggirannya terdapat
arsiran seperti garis halus didaerah pinggir embrio.
Setelah
dilakukan pengamatan pada biji alpukat. Struktur dari biji buah alpukat terdiri
dari kulit biji (spermodermis) yang berasal dari selaput bakal biji
(integumentum). Kulit biji ini dibedakan
menjadi 2 bagian yaitu lapisan kulit luar (testa) yang berfungsi sebagai
pelindung utama bagi bagian biji yang ada di dalam dan lapisan kulit dalam
(tegmen), biasanya tipis seperti selaput, sering dinamakan juga kulit ari. Biji
alpukat juga memiliki bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni dan
merupakan tangkai biji yang disebut tali pusar (funiculus). Di dalam biji
alpukat juga terbapat lembaga (embryo) yang merupakan calon tumbuhan baru dan
nantinya akan tumbuh menjadi tumbuhan baru.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lembaga
adalah calon tumbuhan baru, yang akan tumbuh menjadi tumbuhan baru, setelah
biji memperoleh syarat-syarat yang diperlukan.
Selain cadangan makanan kulit biji juga
mempunyai struktur yang bermacam-macam. Kulit biji seharusnya merupakan
perkembangan integumen tetapi kadang-kadang tidak hanya integument saja.
Jaringan yang mungkin membentuk kulit biji adalah kalaza, raphe, dan sebagian
jaringan nuselus, sel tannin, sel skelerenkim, dsb. Jaringan yang mugkin tampak
pada penampang melintang biji diantaranya : jaringan kulit biji yang tersusun
dari lapisan sel makrosklereida atau osteosklereida, hilum, endospermae yang
berisi butir amilum atau bahkan mungkin aleuron, embrio dsb.
B.
Saran
Sebaiknya praktikum ini dilakukan
dengan seksama dan haruslah mempunyai mikroskop yang bagus dan memadai agar
proses pada saat praktikum berjalan dengan baik dan mampu melihat embrio yang
diamati tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Fahn,
A. 1991. Anatomi Tumbuhan.Yogyakarta: Gajah mada University Press
Hidayat,
Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB
Iriawati. 2007. Anaytomi Bunga, Buah Dan Biji.
Bandung: ITB
Savitri,
Evika Sandi. 2005. Anatomi Tumbuhan. Malang. Universitas Islam Negeri Malang
Sumardi, Issrep. 1993.
Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jogjakarta: Universitas Gaja Mada
No comments:
Post a Comment