LAPORAN PRAKTIKUM II
PENGAMATAN KOLENKIM PADA BATANG DAN
APERTURA PADA
BIJI
Oleh :
Dimas Lukito Agung
(1522220029)
Dosen Pembimbing :
Winna Elisti, M.Si
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di dalam
tumbuh-tumbuhan, diperlukan adanya kekuatan agar dapat melakukan
perimbangan-perimbangan bagi pertumbuhannya. Dalam tumbuhan tingkat tinggi,
terdapat jaringan-jaringan yang memiliki fungsi khusus sebagai penyokong yang
disebut jaringan mekanik.
Jaringan ini
biasanya terdiri dari sel-sel yang berdinding tebal dan berlignin sehingga
dapat memberi pengokohan pada batang tanaman. Berdasarkan bentuk dan sifatnya,
jaringan ini terbagi menjadi dua, yaitu kolenkim dan sklerenkim. Kolenkim
merupakan jaringan penguat yang terdapat pada organ yang masih mengalami
pertumbuhan primer sedangkan sklerenkim terdapat pada organ tumbuhan yang
mengalami pertumbuhan sekunder (proses lignifikasi atau perkayuan) (Fahn,
1991).
Jaringan
adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama. Jaringan pada
tumbuhan dan hewan berbeda. Sekumpulan jaringan akan membentuk organ. Cabang
ilmu biologi yang mempelajari jaringan adalah histologi. Sedangkan cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan dalam
hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi. Jaringan pada tubuh
tumbuhan dikelompokkan berdasarkan
tempatnya dalam tumbuhan, tipe sel, fungsi, asal-usul, dan tahap perkembangannya
(Fahn, 1991).
Sistem
jaringan dasar mencakup jaringan yang membentuk dasar bagiani tumbuhan, namun
sekaligus juga dapat menunjukkan spesialisasi. Jaringan dasar utama adalah
parenkim dengan semua ragamnya, kolenkim, yakni jaringan yang berdinding tebal
dan sel tetap hidup, sklerenkim yakni jaringan berdinding tebal dan sering kali
berkayu sehingga keras dengan sel yang biasanya mati. Dalam tubuh tumbuhan,
jaringan tersebar dalam pola khas bagi kelompok tumbuhan yang bersangkutan.
Pada dasarnya ada kemiripan dalam pola penyebaran jaringan pada tumbuhan
dikotil sebab jaringan pembuluh tertanam dalam jaringan dasar dan sistem dermal
merupakan penutup di sebelah luar. Pada tumbuhan dikotil, misalnya jaringan
pembuluh batang membentuk silinder berongga. Rongga tersebut terisi jaringan
dasar (empulur) dan ada pula yang berada diantara silinder pembuluh dan system
dermal (korteks). Pada daun, jaringan pembuluh membentuk system yang
beranastomosis dalam jaringan dasar yang terdiferensiasi sebagai mesofil pada
akar dapat ditentukan silinder jaringan pembuluh yang seringkali tidak mengelilingi
empulur (korteks) (Mulyani,
2006).
Kolenkim seperti halnya sklerenkim, merupakan jaringan mekanik yang
bertugas menyokong tumbuhan. Bagian tumbuhan yang tumbuh dengan lambat
mengalami pertumbuhan sedikit saja sehingga dukungan oleh turgor dalam sel
parenkim sudah cukup. Namun kebanyakan batang tumbuh dengan cepat dan bagian
yang tumbuh itu sering menjadi panjang dan ramping. Struktur seperti itu
membutuhkan jaringan penyokong yang berfungsi di saat organ yang bersangkutan
tumbuh dan harus disusun oleh sel yang juga dapat memanjangkan dirinya sendiri.
Persyaratan itu dipenuhi oleh kolenkim.
B.
Tujuan
Adapun tujuan praktikum yaitu untuk
mengetahui bentuk dan susunan jaringan kolenkim pada batang, dan bentuk
apertura pada biji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Jaringan
Kolenkim
Kolenkim
merupakan jaringan penyokong pada tumbuhan. Secara ontogeni, perkembangan
kolenkim mirip prokambium dan tampak pada tahap yang sangat awal dari
diferensiasi meristem atau dari sel isodiametris meristem dasar.Kolenkim
terdiri atas sel hidup yang berbentuk agak memanjang dan biasanya berdinding
tebal.Kolenkim berfungsi sebagai jaringan penyokong pada organ muda yang sedang
tumbuh, pada tumbuhan herbal (herbaceus), dan bahkan pada organ dewasa.Kolenkim
bersifat plastis sehingga dapat meregang secara irreversibel dengan adanya
pertumbuhan organ.Kolenkim dewasa kurang plastis, lebih kuat, tetapi lebih mudah
rusak daripada kolenkim muda (Hidayat,
1995).
Ada hubungan
fisiologi dan morfologi antara kolenkim dan parenkim.Pada tempat kedua jaringan
tersebut berdampingan terdapat bentuk peralihan atara tipe kolenkim dan
parenkim.Kolenkim seperti halnya parenkim dapat berisi kloroplas.Kolenkim yang mirip dengan parenkim berisi banyak
kloroplas, sedangkan kolenkim khusus yang terdiri atas sel yang sempit
memanjang, hanya sedikit atau tidak mengandung kloroplas sama sekali. Sel kolenkim
dapat juga berisi tanin (Hidayat, 1995).
Pada irisan
melintang kolenkim segar, dinding selnya tampak seperti nakre. Dinding kolenkim
tumbuhan yang terkena angin lebih tebal.Dinding sel terdiri atas selulosa,
sejumlah besar pektin, dan hemiselulosa, tetapi tidak mengandung lignin.Senyawa
pektinnya bersifat hidrofil sehingga dinding kolenkim banyak mengandung
air.Dinding kolenkim yang menebal sekunder dapat menjadi tipis dan kemudian
selnya menjadi meristematis lagi dan mulai membelah.Hal ini terdapat pada
jaringan kolenkim yang membentuk felogen.Noktah primer sering kali terdapat
dalam dinding kolenkim (Mulyani, 2006).
Kolenkim terdapat di dalam batang, daun,
bunga, buah, dan akar. Kolenkim berkembang terutama jika
mendapat sinar.Kolenkim tidak terdapat dalam batang dan daun Monokotil yang
sklerenkimnya berkembang pada umur awal. Kolenkim biasanya dibentuk tepat di
bawah epidermis, tetapi dalam hal khusus terdapat satu atau dua lapisan
parenkim diantara epidermis dan
kolenkim. Apabila kolenkim tepat berada di bawah epidermis, seringkali dinding
epidermis menebal dengan cara yang sama dengan dinding sel kolenkim.Pada
batang, kolenkim terdapat sebagai suatu silinder atau berbentuk pita memanjang
(membujur).Pada daun, kolenkim terdapat pada satu atau kedua sisi tulang daun,
dan sepanjang tepi daun (Mulyani, 2006).
Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam.Ada
yang berbentuk prisma pendek, mirip sel parenkim, atau panjang seperti serabut
dengan ujung meruncing.Sel kolenkim yan terpanjang dijumpai di daerah pusat
untaian kolenkim, dan yang terpendek di daerah tepi.Hal ini dapat diterangkan
sebagai berikut, untaian kolenkim dibentuk oleh serangkaian sel yang membelah
memanjang mulai dari pusat untaian; setelah pembelahan, sel terus memanjang
sehingga sel pusat menjadi yang terpanjang karena yang pertama kali dibentuk
dan meningkat sampai panjang maksimum.Selama perkembangan untaian kolenkim ini
juga terjadi pembelahan mendatar (horisontal) (Mulyani, 2006).
Sel
kolenkim tetap memiliki protoplas aktip yang mampu melenyapkan penebalan
dinding bila sel dirangsang untuk membelah seperti pada waktu sel tersebut
membentuk cambium gabus atau menanggapi luka. Dinding sel sklerenkim lebih
bertahan dan tak dapat segera dilenyapkan, meskipun protoplasnya masih ada.
Kebanyakan sel sklerenkim kehilangan protoplasnya setelah dewasa (Hidayat,
1995).
Sebagaimana diutarakan di atas,
kolenkim bertugas sebagai jaringan penyokong pada bagian tumbuhan muda yang
sedang tumbuh dan pada tumbuhan basah, bahkan terdapat pada organ yang telah
dewasa. Kolenkim bersifat plastik dan dapat merenggang secara permanen bersama
dengan pertumbuhan organ tempatnya berbeda (Mulyani, 2006).
1.
Ciri-ciri Jaringan Kolenkim
Kolenkim dewasa adalah suatu jaringan lentur yang
kuat, terdiri atas sel panjang yang tumpang tindih (panjangnya dapat mencapai 2
mm) dengan dinding tebal yang tidak berlignin. Kekuatan meregang sel kolenkim
sebanding dengan serabut. Pada bagian tumbuhan yang tua, kolenkim menjadi keras
atau dapat berubah menjadi sklerenkim dengan pembentukan dinding sekunder yang
berlignin. Terpusatnya lignin terjadi terutama pada lapisan dinding terluar.
Biasanya disimpulkan bahwa kolenkim adalah jaringan penunjang yang muda.
Apabila kolenkim terdapat pada organ yang berkanjang (persisten) untuk periode
yang lama, kolenkim akan mengalami sklerifikasi (Mulyani, 2006).
Pada bagian tumbuhan yang kuat, kolenkim menjadi
keras atau dapat berubah menjadi sklerenkim dengan pembentukan dinding sekunder
yang berlignin. Pada tumbuhan dikotil misalnya, tangkai dan batang Medicago sativa, Eryngium maritimun, Viscum album dan Salvia officinalis kolenkim berubah menjadi sklrenkim.
2.
Letak Jaringan Kolenkim
Kolenkim dapat ditemukan pada batang, daun, serta
pada bagian bunga dan buah. Pada akar, kolenkim bisa dibentuk, terutama bila
akar didedahkan kepada cahaya. Di banyak monokotil tak ditemukan kolenkim jika
sklerenkim dibentuk sejak tanaman muda. Biasanya kolenkim terdapat langsung di
bawah epidermis.Pada batang, kolenkim bisa membentuk silinder penuh atau
tersusun menjadi berkas yang memanjang sejajar sumbu batang. Pada daun,
kolenkim terdapat di kedua sisi tulang daun utama atau pada satu sisi saja,
serta terdapat pula sepanjang tepi daun (Suradinata, 1998).
3.
Struktur dan Susunan Jaringan Kolenkim dan Macam-macamnya
Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam. Sel dapat
berupa prisma pendek atau bisa pula panjang seperti serat dengan ujung
meruncing, namun antara kedua bentuk tersebut terdapat bentuk peralihan
(Suradinata, 1998).
Dinding sel
kolenkim terdiri atas lapisan yang berselang seling, kaya akan selulosa dengan
sedikit pektin. Air dalam seluruh dinding sel kurang lebih 67%. Roelofsen
(1959) menyatakan bahwa di dalam Petasites, dinding sel kolenkim berisi 45%
pektin, 35% hemiselulosa, dan 20% selulosa. Dinding sel kolenkim Petasites ini
terdiri atas 7-20 lamela yang bergantian/berseling antara lamela yang mengandung
banyak seluosa dan lamela yang mengandung sedikit selulosa.Semakin mendekati
lumen sel, selulosanya semakin banyak (Sutrian, 2004).
Menurut tipe penebalan dindingnya, kolenkim
dibedakan menjadi beberapa macam, sebagai berikut:
a) Kolenkim sudut (angular kolenkim)
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada penampang
melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya tiga sel atau
lebih, seperti yang terdapat pada tangkai Rumex, Vitis, Begonia, Coleus,
Cucurbita, Morus, Beta, dan pada batang Solanum
tuberosum dan Atropa belladonna
(Fahn, 1991).
b) Kolenkim lamela (lamelar kolenkim) atau kolenkim
papan
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada
dinding tangensial sel. Kolenkim lamela terdapat pada korteks batang Sumbucus nigra, Rhamnus, dan tangkai Cochlearia armoracia (Fahn, 1991).
c) Kolenkim lakuna (lacunar kolenkim)
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada
dinding-dinding yang berbatasan dengan ruang antarsel. Kolenkim lakuna terdapat
pada tangkai beberapa spesies Compositae, misalnya Salvia, Malva, Athaea, dan Asclepias dan pada batang Ambrosia (Fahn, 1991).
d) Kolenkim cincin
Istilah kolenkim cincin diberikan oleh Duchaigne
(1995) untuk tipe kolenkim yang lumen selnya pada penampang melintang tampak
melingkar. Muller (1890) menyebutnya knorpel-collenchyma. Pengamatan terhadap
kolenkim cincin dewasa tampak adanya penebalan dinding sel secara terus menerus
sehingga lumen sel akan kehilangan bentuk sudutnya (Fahn, 1991).
Dinding sel
kolenkim merupakan contoh dinding primer yang amat menebal, sebab penebalan
terjadi pada saat sel masih tumbuh membesar. Dinding sel meluas dan sekaligus
menebal pula. Dinding kolenkim terdiri dari lapisan yang kaya selulosa dan
miskin pektin, bergantian dengan lapisan yang miskin selulosa dan kaya pektin.
Dalam bahan segar, kandungan air dari seluruh dinding sekitar 67%. Hal itu
disebabkan karena pektin yang bersifat hidrofil. Pada preparat yang dibuat dari
sayatan segar dan dilihat dalam air, kandungan air menyebabkan dinding membengkak
sehingga tampak amat jelas, berkilauan seperti dinding sebelah dalam cangkang
kerang (nacre). Dinding sel kolenkim
terdiri atas lapisan yang berselang-seling kaya selulosa dengan sedikit pektin,
dan lapisan lain dengan sedikit selulosa dan kaya pektin. Pada bahan segar, ai
dalam seluruh dinding sel lebih kurang 67% (Kartasapoetra, 1988).
Menurut Czaja (1961), lamela melintang pada
penebalan dinding kolenkim pada banyak kebanyakan tumbuhan dapat dideteksi
dengan alat mikroskop cahaya terpolarisasi. Chafe (1970) telah mengamati bahwa
orientasi mikroserabut selulosa dalam lamela yang berurutan bergantian
melintang dan membujur. Selama perkembangan penebalan dinding, terjadi
penambahan lapisan mikroserabut mengelilingi seluruh sel sehingga memperluas
keliling sel (Kartasapoetra, 1988).
Pada sebagian besar tumbuhan Dikotil, misalnya
tangkai dan batang Medicago sativa,
Eryngium maritimum, Viscum album, dan Salvia
officinalis, kolenkim berubah menjadi sklerenkim. Menurut Duchaigne (1955),
sklerefikasi ini terjadi melalui pembentukan lamela secara sentripetal dan
sentrifugal. Selama pertumbuhan lamela, dibentuk lapisan yang kaya selulosa,
yang kemudian banyak mengandung lignin. Lamela yang mengandung lignin tampak
dengan arah sentrifugal mengelilingi lapisan pertama.
4.
Struktur Sehubungan dengan Fungsi
Kolenkim tampaknya beradaptasi, terutama untuk
menyokong batang serta daun yang sedang tumbuh. Dinding sel menebal amat dini
ketika pucuk berkembang, namun penebalan itu bersifat plastis dan mampu meluas.
Sebab itu, penebalannya tidak menghalangi pemanjangan batang atau daun. Pada
perkembangan selanjutnya, kolenkim dapat tetap bertahan sebagai jaringan
penyokong (terjadi pada banyak macam daun dan pada batang beberapa tumbuhan
basah) jika bagian organ tempat kolenkim berada tidak membentuk sklerenkim.
Dalam bagian tanaman yang sedang berkembang dan terdedah kepada tekanan mekanik
(angin, pemberian bobot yang digantungkan pada ranting), maka penebalan dinding
terjadi lebih awal serta dinding terjadi lebih awal serta dinding menjadi lebih
tebal dibandingkan dengan bagian tanaman yang tidak terpengaruh tekanan seperti
itu (Kartasapoetra, 1988).
Kolenkim dewasa merupakan jaringan yang kuat dan
lentur, terdiri dari sel panjang yang saling timpa (dapat mencapai panjang
sampai 2 mm) dengan dinding tebal tidak berlignin. Pada tanaman tua, dinding
sel kolenkim mengeras atau berlignin serta berubah menjadi sel sklerenkim
(Kartasapoetra, 1988).
B.
Apertura Biji
Pada tumbuhan berbiji
telanjang (Gymnospermae) biji mempunyai
tiga lapisan kulit biji, bisa dilihat pada biji melinjo (Gnetum gnemon). Bagian- bagian kulit biji pada Gymnospermae:
a.
Sarkotesta: lapisan
terluar kulit biji, biasanya tebal bardaging. Pada waktu masih muda berwarna
hijau, kemudian berubah menjadi kuning, akhirnya berwarna merah.
b.
Sklerotesta: bagian
tengah,keras dan kuat, berkayu menyerupai endokarpium pada buah batu.
c.
Endotesta: bagian
dalam, tipis dan melekat erat pada inti biji (Suradinata, 1998).
1.
Variasi Kulit Biji
Jika dilihat lebih
teliti terhadap keadaan kulit luar biji, dapat ditemukan variasi-variasi kulit
biji, yaitu :
a.
Sayap (ala):merupakan
perpanjangan dari kulit luar dan berfungsi sebagai alat penyebaran biji secara alamiah yang
dibantu oleh angin. Contoh: benih kelor (Moringa oleifera)
b.
Bulu (coma): penonjolan
kulit luar benih yang membentuk
rambut-rambut halus. Bulu ini berfungsi sebagai sayap untuk penyebaran secara
alamiah untuk mudah dibawa angin.contoh benih kapas (Gossypium sp.)
c.
Salut biji (arilus): perkembangan
dari tali pusat (funikulus) bisa berupa bagian yang berdaging.contoh Durio
zibethinus (durian)
d.
Salut biji semu
(arrilodium):berkembang dari bagian lubang biji atau mikropil, contoh pada biji
pala yang memiliki salut biji semu yang dinamakan macis.
e.
Pusar biji (hilus):
bagian kulit luar biji yang merupakan bekas perlekatan dengan tali pusar,
terlihat kasar dan mempunyai warna berlainan dengan bagian lain kulit biji.
Terlihat pada biji tumbuhan berbuah polong, contoh: biji kacang merah (Phaseolus vulgaris).
f.
Liang biji (mikropil):
liang bekas jalan masuknya buluh serbuk sari ke bakal biji pada proses
pembuahan.
g.
Chalaza: tempat
pertemuan integumen dan nuselus, masih terlihat di biji anggur (Vitis
vinifera).
h.
Raphe: terusan tali
pusar pada biji, hanya terlihat pada biji yang berasal dari bakal biji
mengangguk (anatropus. Tidak terlihat begitu jelas. Contoh pada biji jarak (Ricinus
communis) (Suradinata, 1998).
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Pelaksanaan
praktikum tentang Kolenkim dan Apertura dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal
28 April 2017 pukul 08.00–09.50 WIB. Di Laboratorium Biologi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Pendidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
B.
Alat
dan Bahan
1. Alat
a.
Mikroskop
b.
Silet
c.
Pipet tetes
d.
Beker gelas
2.
Bahan
a.
Air aquades
b.
Pewarna gentian violet
c.
5 batang berbeda yang
mempunyai kolenkim dan 1 biji yang mempunyai apertura.
C.
Cara
Kerja
a. Siapkan
mikroskop dan sediakan alat serta bahan yang akan diamati.
b.
Kemudian ambil sepuluh
tetes pewarna gentian violet menggunakan pipet tetes kemudian aduk hingga
pewarnanya merata. Berikutnya amati obyek dengan mikroskop dengan perubahan
skala yang berbeda-beda, dimulai dari skala perbesaran terkecil kemudian dengan
perbesaran skala yang besar.
c.
Gambar dan beri
keterangan berdasarkan hasil pengamatan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel 1 Pengamatan Kolenkim pada batang Bayam (Amaranthus
sp)
Gambar Pengamatan
|
|
|
|
Keterangan
|
Klasifikasi
|
|
Menurut Tjitrosoepomo
(1993), klasifikasi Bayam yaitu:
Regnum :
Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledone
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus sp
Nama
d Nama Daerah : Bayam
|
Tabel 2
Pengamatan kolenkim pada batang Iler (Coleus sp)
Gambar Pengamatan
|
|
|
|
Keterangan
|
Klasifikasi
|
|
Menurut Tjitrosoepomo
(1993), klasifikasi Iler yaitu:
Regnum :
Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledone
Ordo : Solanales
Famili : Labiate
Genus : Coleus
Spesies : Coleus
sp
Nama
d Nama Daerah : Iler
|
Tabel 3
Pengamatan kolenkim pada batang Pacar Air (Impatiens L)
Gambar Pengamatan
|
|
|
|
Keterangan
|
Klasifikasi
|
|
Menurut Tjitrosoepomo
(1993), klasifikasi Pacar Air yaitu:
Regnum :
Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledone
Ordo : Ericales
Famili : Blsaminaceae
Genus : Impatiens
Spesies : Impatiens
L
Nama
d Nama Daerah : Pacar Air
|
Tabel 4
Pengamatan kolenkim pada batang Labu (Cucurbita L)
Gambar Pengamatan
|
|
|
|
Keterangan
|
Klasifikasi
|
|
Menurut Tjitrosoepomo
(1993), klasifikasi Labu yaitu:
Regnum :
Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledone
Ordo : Cucurbutales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita
Spesies : Cucurbita
L
Nama
d Nama Daerah : Labu
|
Tabel 5
Pengamatan kolenkim pada batang Ciplukan (Physalis angulata)
Gambar Pengamatan
|
|
|
|
Keterangan
|
Klasifikasi
|
|
Menurut Tjitrosoepomo
(1993), klasifikasi Ciplukam yaitu:
Regnum :
Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledone
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Physalis
Spesies : Physalis
angulata L
Nama
dNama Daerah : Ciplukan
|
Tabel 6
Pengamatan apertura pada biji jeruk (Citrus maxima)
Gambar Pengamatan
|
|
|
|
Keterangan
|
Klasifikasi
|
|
Menurut Tjitrosoepomo
(1993), klasifikasi Jeruk yaitu:
Regnum :
Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledone
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus
maxima
Nama
d Nama Daerah : Jeruk
|
A. Pembahasan
Dari hasil pengamatan batang Melati air
pada perbesaran 4x10 ditemukan kolenkim tipe sudut karena penebalannya terjadi
dibagian pinggir dan sudut pada batang.
Menurut Mulyani (2006), kolenkim sudut (angular kolenkim) penebalan dinding sel
kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada penampang melintangnya,
penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya tiga sel atau lebih,
seperti yang terdapat pada tangkai Rumex, Vitis, Begonia, Coleus, Cucurbita,
Morus, Beta, dan pada batang Solanum
tuberosum dan Atropa belladonna.
Pada hasil pengamatan kedua batang iler
pada perbesaran 4x10 ditemukan juga kolenkim tipe sudut seperti pada batang
melati air pada batang iler juga terjadi penebalan sel dibagian pinggir dan
ujung sel.
Kolenkim anguler (kolenkim sudut),
penebalan dinding terdapat pada sudut sel dan memanjang mengikuti sumbu sel.
Contohnya pada tangkai daun Vitis sp,
Begonia sp, Solanum tuberosum, dan Atropa
belladonna (Nugroho, 2006).
Dari hasil pengamatan batang lumut pada
perbesaran 10x10 ditemukan kolenkim tipe tubular (lakunar) karena penebalnnya terjadi pada again
diinding sel.
Kolenkim lacuna (lacunar kolenkim),
penebalan dnding sel kolenkim ini terjadi pada dinding-dinding yang berbatasan
dengan ruang antarsel. Kolenkim lakuna terdapat pada tangkai beberapa spesies
Comppositae, misalnya Salvia, Malva,
Athaea, dan Asclepias (Mulyani,
2006).
Pada hasil pengamatan batang ciplukan
pada perbesaran 4x10 ditemukan kolenkim tipe cincin karena pada saat diamati
lumen sel nya berbentuk lingkaran seperti cincin dan tidak menyudut lagi.
Kolenkim tipe cincin, pada penampang
lintang lumen sel berbentuk lingkaran atau seperti lingkaran. Pada waktu
menjelang dewasa terlihat bahwa karena pada tipe sudut penebalan bersambungan
pada dinding maka lumen tidak menyudut lagi (Nugroho, 2006).
Menurut Mulyani (2006), kolenkim cincin
(anular kolenkim) istilah kolenkim
cincin diberikan oleh Duchaigne (1955) untuk tipe kolenkim yang lumen selnya
pada penampang melintang tampak melingkar. Muller (1890) menyebutnya knorpel-collen-chuma. Pengamatan
terhadap kolenkim cincin dewasa tampak adanya penebalan dinding sel secara
terus menerus sehingga lumen sel akan kehilangan bentuk sudutnya.
Pada pengamatan batang katuk diamati
pada perbesaran 4x10 ditemukan kolenkim tipe sudut karena penebalannya terjadi
pada bagian-bagian ujung sel yang memanjang.
Menurut Mulyani (2006),
kolenkim sudut (angular kolenkim)
penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada penampang
melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya tiga sel atau
lebih, seperti yang terdapat pada tangkai Rumex, Vitis, Begonia, Coleus,
Cucurbita, Morus, Beta, dan pada batang Solanum
tuberosum dan Atropa belladonna.
Pada pengamatan apertura pada biji jeruk
terdapat bentuk ornamen-ornamen berbentuk gelombang-gelombang pada kulit biji
jeruk tersebut. Apertura merupakan tempat pertumbuhan serbuk sari pada masa
perkecambahan. Letak aperture tersebut berada di kulit biji dari jeruk tersebut
yang berbentuk garis bergelombang.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kolenkim
merupakan jaringan penyokong pada tumbuhan. Secara ontogeni, perkembangan
kolenkim mirip prokambium dan tampak pada tahap yang sangat awal dari
diferensiasi meristem atau dari sel isodiametris meristem dasar. Tipe kolenkim
yaitu: kolenkim sudut, kolenkim lamela, kolenkim lakuna, dan kolenkim cincin.
B.
Saran
Pada saat praktikum praktikan harus
lebih efektif agar pada saat pengamatan lebih paham dan mengerti mengenai materi jaringan
tumbuhan serta hasil pengamatan bias didapat dengan baik, maksimal dan akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat,
Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji.
Bandung: ITB.
Kartasapoetra.
1988. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan.
Jakarta: Bina Aksara.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi
Tumbuhan. Yogyakarta: PT Kanisius.
Nugroho,
Hartanto. 2006. Struktur Perkembangan
Tumbuhan. Yogyakarta: PT Kasinus.
Suradinata,
Tatang. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Sutrian,
Yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
No comments:
Post a Comment