Saturday, April 6, 2019

LAPORAN PRAKTIKUM II PENGAMATAN KOLENKIM PADA BATANG DAN APERTURA PADA BIJI


LAPORAN PRAKTIKUM II
PENGAMATAN KOLENKIM PADA BATANG DAN
 APERTURA PADA BIJI




Oleh :
Dimas Lukito Agung  (1522220029)


Dosen Pembimbing :
Winna Elisti, M.Si



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Di dalam tumbuh-tumbuhan, diperlukan adanya kekuatan agar dapat melakukan perimbangan-perimbangan bagi pertumbuhannya. Dalam tumbuhan tingkat tinggi, terdapat jaringan-jaringan yang memiliki fungsi khusus sebagai penyokong yang disebut jaringan mekanik.
Jaringan ini biasanya terdiri dari sel-sel yang berdinding tebal dan berlignin sehingga dapat memberi pengokohan pada batang tanaman. Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan ini terbagi menjadi dua, yaitu kolenkim dan sklerenkim. Kolenkim merupakan jaringan penguat yang terdapat pada organ yang masih mengalami pertumbuhan primer sedangkan sklerenkim terdapat pada organ tumbuhan yang mengalami pertumbuhan sekunder (proses lignifikasi atau perkayuan) (Fahn, 1991).
Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama. Jaringan pada tumbuhan dan hewan berbeda. Sekumpulan jaringan akan membentuk organ. Cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan adalah histologi. Sedangkan cabang  ilmu biologi yang mempelajari jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi. Jaringan pada tubuh tumbuhan  dikelompokkan berdasarkan tempatnya dalam tumbuhan, tipe sel, fungsi, asal-usul, dan tahap perkembangannya (Fahn, 1991).
Sistem jaringan dasar mencakup jaringan yang membentuk dasar bagiani tumbuhan, namun sekaligus juga dapat menunjukkan spesialisasi. Jaringan dasar utama adalah parenkim dengan semua ragamnya, kolenkim, yakni jaringan yang berdinding tebal dan sel tetap hidup, sklerenkim yakni jaringan berdinding tebal dan sering kali berkayu sehingga keras dengan sel yang biasanya mati. Dalam tubuh tumbuhan, jaringan tersebar dalam pola khas bagi kelompok tumbuhan yang bersangkutan. Pada dasarnya ada kemiripan dalam pola penyebaran jaringan pada tumbuhan dikotil sebab jaringan pembuluh tertanam dalam jaringan dasar dan sistem dermal merupakan penutup di sebelah luar. Pada tumbuhan dikotil, misalnya jaringan pembuluh batang membentuk silinder berongga. Rongga tersebut terisi jaringan dasar (empulur) dan ada pula yang berada diantara silinder pembuluh dan system dermal (korteks). Pada daun, jaringan pembuluh membentuk system yang beranastomosis dalam jaringan dasar yang terdiferensiasi sebagai mesofil pada akar dapat ditentukan silinder jaringan pembuluh yang seringkali tidak mengelilingi empulur  (korteks) (Mulyani, 2006).
Kolenkim seperti halnya sklerenkim, merupakan jaringan mekanik yang bertugas menyokong tumbuhan. Bagian tumbuhan yang tumbuh dengan lambat mengalami pertumbuhan sedikit saja sehingga dukungan oleh turgor dalam sel parenkim sudah cukup. Namun kebanyakan batang tumbuh dengan cepat dan bagian yang tumbuh itu sering menjadi panjang dan ramping. Struktur seperti itu membutuhkan jaringan penyokong yang berfungsi di saat organ yang bersangkutan tumbuh dan harus disusun oleh sel yang juga dapat memanjangkan dirinya sendiri. Persyaratan itu dipenuhi oleh kolenkim.

B.        Tujuan
Adapun tujuan praktikum yaitu untuk mengetahui bentuk dan susunan jaringan kolenkim pada batang, dan bentuk apertura pada biji.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.       Jaringan Kolenkim
Kolenkim merupakan jaringan penyokong pada tumbuhan. Secara ontogeni, perkembangan kolenkim mirip prokambium dan tampak pada tahap yang sangat awal dari diferensiasi meristem atau dari sel isodiametris meristem dasar.Kolenkim terdiri atas sel hidup yang berbentuk agak memanjang dan biasanya berdinding tebal.Kolenkim berfungsi sebagai jaringan penyokong pada organ muda yang sedang tumbuh, pada tumbuhan herbal (herbaceus), dan bahkan pada organ dewasa.Kolenkim bersifat plastis sehingga dapat meregang secara irreversibel dengan adanya pertumbuhan organ.Kolenkim dewasa kurang plastis, lebih kuat, tetapi lebih mudah rusak daripada kolenkim muda  (Hidayat, 1995).
Ada hubungan fisiologi dan morfologi antara kolenkim dan parenkim.Pada tempat kedua jaringan tersebut berdampingan terdapat bentuk peralihan atara tipe kolenkim dan parenkim.Kolenkim seperti halnya parenkim dapat berisi kloroplas.Kolenkim  yang mirip dengan parenkim berisi banyak kloroplas, sedangkan kolenkim khusus yang terdiri atas sel yang sempit memanjang, hanya sedikit atau tidak mengandung kloroplas sama sekali. Sel kolenkim dapat juga berisi tanin (Hidayat, 1995).
Pada irisan melintang kolenkim segar, dinding selnya tampak seperti nakre. Dinding kolenkim tumbuhan yang terkena angin lebih tebal.Dinding sel terdiri atas selulosa, sejumlah besar pektin, dan hemiselulosa, tetapi tidak mengandung lignin.Senyawa pektinnya bersifat hidrofil sehingga dinding kolenkim banyak mengandung air.Dinding kolenkim yang menebal sekunder dapat menjadi tipis dan kemudian selnya menjadi meristematis lagi dan mulai membelah.Hal ini terdapat pada jaringan kolenkim yang membentuk felogen.Noktah primer sering kali terdapat dalam dinding kolenkim (Mulyani,  2006).
     Kolenkim terdapat di dalam batang, daun, bunga, buah, dan akar. Kolenkim berkembang terutama jika mendapat sinar.Kolenkim tidak terdapat dalam batang dan daun Monokotil yang sklerenkimnya berkembang pada umur awal. Kolenkim biasanya dibentuk tepat di bawah epidermis, tetapi dalam hal khusus terdapat satu atau dua lapisan parenkim diantara  epidermis dan kolenkim. Apabila kolenkim tepat berada di bawah epidermis, seringkali dinding epidermis menebal dengan cara yang sama dengan dinding sel kolenkim.Pada batang, kolenkim terdapat sebagai suatu silinder atau berbentuk pita memanjang (membujur).Pada daun, kolenkim terdapat pada satu atau kedua sisi tulang daun, dan sepanjang tepi daun (Mulyani, 2006).
 Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam.Ada yang berbentuk prisma pendek, mirip sel parenkim, atau panjang seperti serabut dengan ujung meruncing.Sel kolenkim yan terpanjang dijumpai di daerah pusat untaian kolenkim, dan yang terpendek di daerah tepi.Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut, untaian kolenkim dibentuk oleh serangkaian sel yang membelah memanjang mulai dari pusat untaian; setelah pembelahan, sel terus memanjang sehingga sel pusat menjadi yang terpanjang karena yang pertama kali dibentuk dan meningkat sampai panjang maksimum.Selama perkembangan untaian kolenkim ini juga terjadi pembelahan mendatar (horisontal) (Mulyani, 2006).
Sel kolenkim tetap memiliki protoplas aktip yang mampu melenyapkan penebalan dinding bila sel dirangsang untuk membelah seperti pada waktu sel tersebut membentuk cambium gabus atau menanggapi luka. Dinding sel sklerenkim lebih bertahan dan tak dapat segera dilenyapkan, meskipun protoplasnya masih ada. Kebanyakan sel sklerenkim kehilangan protoplasnya setelah dewasa (Hidayat, 1995).
         Sebagaimana diutarakan di atas, kolenkim bertugas sebagai jaringan penyokong pada bagian tumbuhan muda yang sedang tumbuh dan pada tumbuhan basah, bahkan terdapat pada organ yang telah dewasa. Kolenkim bersifat plastik dan dapat merenggang secara permanen bersama dengan pertumbuhan organ tempatnya berbeda (Mulyani, 2006).
1.      Ciri-ciri Jaringan Kolenkim
Kolenkim dewasa adalah suatu jaringan lentur yang kuat, terdiri atas sel panjang yang tumpang tindih (panjangnya dapat mencapai 2 mm) dengan dinding tebal yang tidak berlignin. Kekuatan meregang sel kolenkim sebanding dengan serabut. Pada bagian tumbuhan yang tua, kolenkim menjadi keras atau dapat berubah menjadi sklerenkim dengan pembentukan dinding sekunder yang berlignin. Terpusatnya lignin terjadi terutama pada lapisan dinding terluar. Biasanya disimpulkan bahwa kolenkim adalah jaringan penunjang yang muda. Apabila kolenkim terdapat pada organ yang berkanjang (persisten) untuk periode yang lama, kolenkim akan mengalami sklerifikasi (Mulyani, 2006).
Pada bagian tumbuhan yang kuat, kolenkim menjadi keras atau dapat berubah menjadi sklerenkim dengan pembentukan dinding sekunder yang berlignin. Pada tumbuhan dikotil misalnya, tangkai dan batang Medicago sativa, Eryngium maritimun, Viscum album dan Salvia officinalis kolenkim berubah menjadi sklrenkim.
2.      Letak Jaringan Kolenkim
Kolenkim dapat ditemukan pada batang, daun, serta pada bagian bunga dan buah. Pada akar, kolenkim bisa dibentuk, terutama bila akar didedahkan kepada cahaya. Di banyak monokotil tak ditemukan kolenkim jika sklerenkim dibentuk sejak tanaman muda. Biasanya kolenkim terdapat langsung di bawah epidermis.Pada batang, kolenkim bisa membentuk silinder penuh atau tersusun menjadi berkas yang memanjang sejajar sumbu batang. Pada daun, kolenkim terdapat di kedua sisi tulang daun utama atau pada satu sisi saja, serta terdapat pula sepanjang tepi daun (Suradinata, 1998).
3.      Struktur dan Susunan Jaringan Kolenkim dan Macam-macamnya
Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam. Sel dapat berupa prisma pendek atau bisa pula panjang seperti serat dengan ujung meruncing, namun antara kedua bentuk tersebut terdapat bentuk peralihan (Suradinata, 1998).
 Dinding sel kolenkim terdiri atas lapisan yang berselang seling, kaya akan selulosa dengan sedikit pektin. Air dalam seluruh dinding sel kurang lebih 67%. Roelofsen (1959) menyatakan bahwa di dalam Petasites, dinding sel kolenkim berisi 45% pektin, 35% hemiselulosa, dan 20% selulosa. Dinding sel kolenkim Petasites ini terdiri atas 7-20 lamela yang bergantian/berseling antara lamela yang mengandung banyak seluosa dan lamela yang mengandung sedikit selulosa.Semakin mendekati lumen sel, selulosanya semakin banyak (Sutrian, 2004).
Menurut tipe penebalan dindingnya, kolenkim dibedakan menjadi beberapa macam, sebagai berikut:
a) Kolenkim sudut (angular kolenkim)
Penebalan dinding sel kolenkim ini  terjadi pada sudut-sudut sel. Pada penampang melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya tiga sel atau lebih, seperti yang terdapat pada tangkai Rumex, Vitis, Begonia, Coleus, Cucurbita, Morus, Beta, dan pada batang Solanum tuberosum dan Atropa belladonna (Fahn, 1991).
b) Kolenkim lamela (lamelar kolenkim) atau kolenkim papan
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding tangensial sel. Kolenkim lamela terdapat pada korteks batang Sumbucus nigra, Rhamnus, dan tangkai Cochlearia armoracia (Fahn, 1991).
c) Kolenkim lakuna (lacunar kolenkim)
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding-dinding yang berbatasan dengan ruang antarsel. Kolenkim lakuna terdapat pada tangkai beberapa spesies Compositae, misalnya Salvia, Malva, Athaea,  dan Asclepias dan pada batang Ambrosia (Fahn, 1991).
d) Kolenkim cincin
Istilah kolenkim cincin diberikan oleh Duchaigne (1995) untuk tipe kolenkim yang lumen selnya pada penampang melintang tampak melingkar. Muller (1890) menyebutnya knorpel-collenchyma. Pengamatan terhadap kolenkim cincin dewasa tampak adanya penebalan dinding sel secara terus menerus sehingga lumen sel akan kehilangan bentuk sudutnya (Fahn, 1991).
 Dinding sel kolenkim merupakan contoh dinding primer yang amat menebal, sebab penebalan terjadi pada saat sel masih tumbuh membesar. Dinding sel meluas dan sekaligus menebal pula. Dinding kolenkim terdiri dari lapisan yang kaya selulosa dan miskin pektin, bergantian dengan lapisan yang miskin selulosa dan kaya pektin. Dalam bahan segar, kandungan air dari seluruh dinding sekitar 67%. Hal itu disebabkan karena pektin yang bersifat hidrofil. Pada preparat yang dibuat dari sayatan segar dan dilihat dalam air, kandungan air menyebabkan dinding membengkak sehingga tampak amat jelas, berkilauan seperti dinding sebelah dalam cangkang kerang (nacre). Dinding sel kolenkim terdiri atas lapisan yang berselang-seling kaya selulosa dengan sedikit pektin, dan lapisan lain dengan sedikit selulosa dan kaya pektin. Pada bahan segar, ai dalam seluruh dinding sel lebih kurang 67% (Kartasapoetra, 1988).
Menurut Czaja (1961), lamela melintang pada penebalan dinding kolenkim pada banyak kebanyakan tumbuhan dapat dideteksi dengan alat mikroskop cahaya terpolarisasi. Chafe (1970) telah mengamati bahwa orientasi mikroserabut selulosa dalam lamela yang berurutan bergantian melintang dan membujur. Selama perkembangan penebalan dinding, terjadi penambahan lapisan mikroserabut mengelilingi seluruh sel sehingga memperluas keliling sel (Kartasapoetra, 1988).
Pada sebagian besar tumbuhan Dikotil, misalnya tangkai dan batang Medicago sativa, Eryngium maritimum, Viscum album, dan Salvia officinalis, kolenkim berubah menjadi sklerenkim. Menurut Duchaigne (1955), sklerefikasi ini terjadi melalui pembentukan lamela secara sentripetal dan sentrifugal. Selama pertumbuhan lamela, dibentuk lapisan yang kaya selulosa, yang kemudian banyak mengandung lignin. Lamela yang mengandung lignin tampak dengan arah sentrifugal mengelilingi lapisan pertama.
4.      Struktur Sehubungan dengan Fungsi
Kolenkim tampaknya beradaptasi, terutama untuk menyokong batang serta daun yang sedang tumbuh. Dinding sel menebal amat dini ketika pucuk berkembang, namun penebalan itu bersifat plastis dan mampu meluas. Sebab itu, penebalannya tidak menghalangi pemanjangan batang atau daun. Pada perkembangan selanjutnya, kolenkim dapat tetap bertahan sebagai jaringan penyokong (terjadi pada banyak macam daun dan pada batang beberapa tumbuhan basah) jika bagian organ tempat kolenkim berada tidak membentuk sklerenkim. Dalam bagian tanaman yang sedang berkembang dan terdedah kepada tekanan mekanik (angin, pemberian bobot yang digantungkan pada ranting), maka penebalan dinding terjadi lebih awal serta dinding terjadi lebih awal serta dinding menjadi lebih tebal dibandingkan dengan bagian tanaman yang tidak terpengaruh tekanan seperti itu (Kartasapoetra, 1988).
Kolenkim dewasa merupakan jaringan yang kuat dan lentur, terdiri dari sel panjang yang saling timpa (dapat mencapai panjang sampai 2 mm) dengan dinding tebal tidak berlignin. Pada tanaman tua, dinding sel kolenkim mengeras atau berlignin serta berubah menjadi sel sklerenkim (Kartasapoetra, 1988).

B.        Apertura Biji
Pada tumbuhan berbiji telanjang  (Gymnospermae) biji mempunyai tiga lapisan kulit biji, bisa dilihat pada biji melinjo (Gnetum gnemon). Bagian- bagian  kulit biji pada Gymnospermae:
a.    Sarkotesta: lapisan terluar kulit biji, biasanya tebal bardaging. Pada waktu masih muda berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kuning, akhirnya berwarna merah. 
b.    Sklerotesta: bagian tengah,keras dan kuat, berkayu menyerupai endokarpium pada  buah batu. 
c.     Endotesta: bagian dalam, tipis dan melekat erat pada inti biji (Suradinata, 1998).
1.      Variasi Kulit Biji
Jika dilihat lebih teliti terhadap keadaan kulit luar biji, dapat ditemukan variasi-variasi kulit biji, yaitu :
a.       Sayap (ala):merupakan perpanjangan dari kulit luar dan berfungsi sebagai  alat penyebaran biji secara alamiah yang dibantu oleh angin. Contoh: benih kelor (Moringa oleifera)
b.       Bulu (coma): penonjolan kulit luar  benih yang membentuk rambut-rambut halus. Bulu ini berfungsi sebagai sayap untuk penyebaran secara alamiah untuk mudah dibawa angin.contoh benih kapas (Gossypium sp.)
c.        Salut biji (arilus): perkembangan dari tali pusat (funikulus) bisa berupa bagian yang berdaging.contoh Durio zibethinus (durian)
d.       Salut biji semu (arrilodium):berkembang dari bagian lubang biji atau mikropil, contoh pada biji pala yang memiliki salut biji semu yang dinamakan macis.
e.        Pusar biji (hilus): bagian kulit luar biji yang merupakan bekas perlekatan dengan tali pusar, terlihat kasar dan mempunyai warna berlainan dengan bagian lain kulit biji. Terlihat pada biji tumbuhan berbuah polong, contoh:  biji kacang merah (Phaseolus vulgaris).
f.        Liang biji (mikropil): liang bekas jalan masuknya buluh serbuk sari ke bakal biji pada proses pembuahan.
g.        Chalaza: tempat pertemuan integumen dan nuselus, masih terlihat di biji anggur (Vitis vinifera).
h.       Raphe: terusan tali pusar pada biji, hanya terlihat pada biji yang berasal dari bakal biji mengangguk (anatropus. Tidak terlihat begitu jelas. Contoh pada biji jarak (Ricinus communis) (Suradinata, 1998).














BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.  Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum tentang Kolenkim dan Apertura dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 28 April 2017 pukul 08.00–09.50 WIB. Di Laboratorium Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Pendidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

B.  Alat dan Bahan
1.    Alat
a.    Mikroskop
b.    Silet
c.    Pipet tetes
d.   Beker gelas
2.    Bahan
a.    Air aquades
b.    Pewarna gentian violet
c.    5 batang berbeda yang mempunyai kolenkim dan 1 biji yang mempunyai apertura.

C.  Cara Kerja
a.    Siapkan mikroskop dan sediakan alat serta bahan yang akan diamati.
b.    Kemudian ambil sepuluh tetes pewarna gentian violet menggunakan pipet tetes kemudian aduk hingga pewarnanya merata. Berikutnya amati obyek dengan mikroskop dengan perubahan skala yang berbeda-beda, dimulai dari skala perbesaran terkecil kemudian dengan perbesaran skala yang besar.
c.    Gambar dan beri keterangan berdasarkan hasil pengamatan.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil
Tabel 1 Pengamatan Kolenkim pada batang Bayam (Amaranthus sp)
Gambar Pengamatan

                                   
Keterangan
Klasifikasi

Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi Bayam yaitu:
Regnum        : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Kelas             : Dycotiledone
Ordo             : Caryophyllales
Famili            : Amaranthaceae
Genus            : Amaranthus
Spesies          : Amaranthus sp
Nama d  Nama Daerah : Bayam



Tabel 2 Pengamatan kolenkim pada batang Iler (Coleus sp)
Gambar Pengamatan

                                     


















Keterangan
Klasifikasi

Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi Iler yaitu:
Regnum        : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Kelas             : Dycotiledone
Ordo             : Solanales
Famili            : Labiate
Genus            : Coleus
Spesies          : Coleus sp
Nama d  Nama Daerah : Iler



Tabel 3 Pengamatan kolenkim pada batang Pacar Air (Impatiens L)
Gambar Pengamatan

                                     




















Keterangan
Klasifikasi

Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi Pacar Air yaitu:
Regnum        : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Kelas             : Dycotiledone
Ordo             : Ericales
Famili            : Blsaminaceae
Genus            : Impatiens
Spesies          : Impatiens L
Nama d  Nama Daerah : Pacar Air


Tabel 4 Pengamatan kolenkim pada batang Labu (Cucurbita L)
Gambar Pengamatan

                                     



















Keterangan
Klasifikasi

Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi Labu yaitu:
Regnum        : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Kelas             : Dycotiledone
Ordo             : Cucurbutales
Famili            : Cucurbitaceae
Genus            : Cucurbita
Spesies          : Cucurbita L
Nama d  Nama Daerah : Labu



Tabel 5 Pengamatan kolenkim pada batang Ciplukan (Physalis angulata)
Gambar Pengamatan

                                     



















Keterangan
Klasifikasi

Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi Ciplukam yaitu:
Regnum        : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Kelas             : Dycotiledone
Ordo             : Solanales
Famili            : Solanaceae
Genus            : Physalis
Spesies          : Physalis angulata L
Nama dNama Daerah : Ciplukan



Tabel 6 Pengamatan apertura pada biji jeruk (Citrus maxima)
Gambar Pengamatan

                                     














Keterangan
Klasifikasi

Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi Jeruk yaitu:
Regnum        : Plantae
Divisi            : Spermatophyta
Kelas             : Dycotiledone
Ordo             : Rutales
Famili            : Rutaceae
Genus            : Citrus
Spesies          : Citrus maxima
Nama d  Nama Daerah : Jeruk




A.  Pembahasan
Dari hasil pengamatan batang Melati air pada perbesaran 4x10 ditemukan kolenkim tipe sudut karena penebalannya terjadi dibagian pinggir dan sudut pada batang.
Menurut Mulyani (2006), kolenkim sudut (angular kolenkim) penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada penampang melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya tiga sel atau lebih, seperti yang terdapat pada tangkai Rumex, Vitis, Begonia, Coleus, Cucurbita, Morus, Beta, dan pada batang Solanum tuberosum dan Atropa belladonna.
Pada hasil pengamatan kedua batang iler pada perbesaran 4x10 ditemukan juga kolenkim tipe sudut seperti pada batang melati air pada batang iler juga terjadi penebalan sel dibagian pinggir dan ujung sel.
Kolenkim anguler (kolenkim sudut), penebalan dinding terdapat pada sudut sel dan memanjang mengikuti sumbu sel. Contohnya pada tangkai daun Vitis sp, Begonia sp, Solanum tuberosum, dan Atropa belladonna (Nugroho, 2006).
Dari hasil pengamatan batang lumut pada perbesaran 10x10 ditemukan kolenkim tipe tubular (lakunar)  karena penebalnnya terjadi pada again diinding sel.
Kolenkim lacuna (lacunar kolenkim), penebalan dnding sel kolenkim ini terjadi pada dinding-dinding yang berbatasan dengan ruang antarsel. Kolenkim lakuna terdapat pada tangkai beberapa spesies Comppositae, misalnya Salvia, Malva, Athaea, dan Asclepias (Mulyani, 2006).
Pada hasil pengamatan batang ciplukan pada perbesaran 4x10 ditemukan kolenkim tipe cincin karena pada saat diamati lumen sel nya berbentuk lingkaran seperti cincin dan tidak menyudut lagi.
Kolenkim tipe cincin, pada penampang lintang lumen sel berbentuk lingkaran atau seperti lingkaran. Pada waktu menjelang dewasa terlihat bahwa karena pada tipe sudut penebalan bersambungan pada dinding maka lumen tidak menyudut lagi (Nugroho, 2006).
Menurut Mulyani (2006), kolenkim cincin (anular kolenkim) istilah kolenkim cincin diberikan oleh Duchaigne (1955) untuk tipe kolenkim yang lumen selnya pada penampang melintang tampak melingkar. Muller (1890) menyebutnya knorpel-collen-chuma. Pengamatan terhadap kolenkim cincin dewasa tampak adanya penebalan dinding sel secara terus menerus sehingga lumen sel akan kehilangan bentuk sudutnya.
Pada pengamatan batang katuk diamati pada perbesaran 4x10 ditemukan kolenkim tipe sudut karena penebalannya terjadi pada bagian-bagian ujung sel yang memanjang.
Menurut Mulyani (2006), kolenkim sudut (angular kolenkim) penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada penampang melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya tiga sel atau lebih, seperti yang terdapat pada tangkai Rumex, Vitis, Begonia, Coleus, Cucurbita, Morus, Beta, dan pada batang Solanum tuberosum dan Atropa belladonna.
Pada pengamatan apertura pada biji jeruk terdapat bentuk ornamen-ornamen berbentuk gelombang-gelombang pada kulit biji jeruk tersebut. Apertura merupakan tempat pertumbuhan serbuk sari pada masa perkecambahan. Letak aperture tersebut berada di kulit biji dari jeruk tersebut yang berbentuk garis bergelombang.








BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Kolenkim merupakan jaringan penyokong pada tumbuhan. Secara ontogeni, perkembangan kolenkim mirip prokambium dan tampak pada tahap yang sangat awal dari diferensiasi meristem atau dari sel isodiametris meristem dasar. Tipe kolenkim yaitu: kolenkim sudut, kolenkim lamela, kolenkim lakuna, dan kolenkim cincin.

B.  Saran
Pada saat praktikum praktikan harus lebih efektif agar pada saat pengamatan lebih paham  dan mengerti mengenai materi jaringan tumbuhan serta hasil pengamatan bias didapat dengan baik, maksimal dan akurat.

















DAFTAR PUSTAKA

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.

Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.

Kartasapoetra. 1988. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan. Jakarta: Bina Aksara.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: PT Kanisius.

Nugroho, Hartanto. 2006. Struktur Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta: PT Kasinus.

Suradinata, Tatang. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.
Sutrian, Yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan. Jakarta: PT Rineka Cipta.



No comments:

Post a Comment