Saturday, April 6, 2019

LAPORAN PRAKTIKUM II PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI


LAPORAN PRAKTIKUM II
PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI
 









Oleh:
NAMA                   : Syahirul Alim
NIM                                    : 1512220022


DOSEN PENGAMPU:
1.    Awalul Fatiqin, M.Si
2.    Ike Apriani, M.Si
3.    Riri Novita S, M.Si





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam mempelajari mikroorganisme dalam kultur murni, para mikrobiolog memerlukan alat-alat yang menunjang dalam usaha mendapatkan kultur  murni. Dalam mikrobiologi, peralatan laboratorium merupakan unsur penting yang harus ada. Peralatan yang ada dalam laboratorium pun haruslah steril agar dapat menunjang pekerjaan yang berhubungan dengan mikroorganisme dan hal tersebut merupakan syarat mutlak. Artinya, pada bahan atau peralatan yang akan digunakan harus bebeas dari mikroorganisme yang tidak diingikan yang dapat merusak media atau koloni suatu mikroorganisme yang diinginkan.  Adapun peralatan yang umumnya digunakan di dalam laboratorium mikrobiologi antara lain : Media yaitu; cair, semi solid, solid (agak miring (siant), agak tegak (deep), agak cawan(plate)) dan peralatan yaitu;  autoklaf, tabung kultur, cawan petri, jarum inokulasi, pipet, waterbath, inkubator, dan lemari pendingin (Suriawira,2005)
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau didalam suatu benda. Ketika anda untuk pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptik, sesungguhnya anda telah menggunakan salah satu sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun kebanyakan peralatan dan media yang umum dipakai dalam pekerjaan mikrobiologis akan menjadi rusak bila dibakar. Untungnya tersedia berbagai metode lain yang efektif (Hadioetomo, 1993).
Ada tiga cara yang umum digunakan dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, penggunaan bahan kimia dan penyaringan (Filtrasi). Bila panas digunakan bersama – sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembut atau sterilisasi basah, bila tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering (Hadioetomo, 1993).
Sterilisasi kimiawi dapat dilakukan  dengan menggunakan gas atau radiasi. Metode sterilisasi yang umum digunakan secara rutin dilaboratorium mikrobiologi ialah yang menggunakan panas (Hadioetomo, 1993).
Mikroorganime hidup di segala tempat (tanah, air udara makanan, pembuangan, dan pada permuikaan tubuh). Keberadaan mereka yang ada di segala tempat menyulitkan para mikrobiolog untuk memperoleh suatu koloni mikroorganisme tertentu dan yang sejenis tanpa adanya mikroorganisme lain yang mencampuri koloni tersebut. Kultur mikroorganisme yang tersusun dari sel-sel sejenis (tuinggal) disebut juga sebagai kultur murni.
Steril merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam lab mikrobiologi. Dalam melakukan sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agar sterilisasi dapat dilakukan secar sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganisme lain yang  mengkontaminasi media. Sterilisasi adalah proses untuk menjadikan alat-alat terbebas dari segala bentuk kehidupan. Seperti yang telah disebutkan bahwa tujuan sterilisasi untuk mematikan mikroorganisme yang tidak diinginkan agar tidak ikut tumbuh.
Ada beberapa teknik sterilisasi, yaitu dengan cara fisik dengan panas, mekanik dengan filtrasi dan kimia dengan senyawa-senyawa kimia. Dalam praktikum ini kami mencoba mempelajari bagaimana cara mensterilisasi alat-alat yang nantinya dipakai untuk bekerja di dalam laboratorium mikrobiologi. Kami mencoba untuk melakukan sterilisasi guna bekal untuk keberhasilan dalam menumbuhkan suatu biakan koloni mikroorganisme yang diinginkan.
Mahluk hidup yang ada di bumi tidak hanya terdiri dari makhluk hidup yang dapat dilihat oleh mata telanjang, tetapi ada juga mikroorganisme yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan teknik dan peralatan khusus. Mikroorganisme (jasad renik) merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil. Mikroorganisme mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang bisa berdampak positif maupun negatif bagi kehidupan manusia (Kusnadi, 2003).
Dalam medium harus ada nutrisi yang merupakan kebutuhan dasar dari mikroorganise yang meliputi air, karbon, energi dan mineral. Air sangat berperan penting karena air merupakan komponen dasar protoplasma, jalan masuknya nutrien kedalam sel, dan juga reaksi enzimatik. Air yang baik digunakan dalam pembuatan medium organisme adalah air suling, karena kalau air sadah yang digunakan  untuk pembuatan medium yeng terbentuk dari ekstrak dari ekstrak daging dan pepton maka akan terbentuk endapan fosfat dan magnesium fosfat. Dengan adanya endapan tersebut maka akan menghambat bagi pertumbuhan biakan yang di tanam dalam medium (Dwidjoseputro, 2002).
Pertumbuhan bakteri selain memerlukan nutrisi, juga memerlukan pH yang tepat. Kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada kondisi yang terlalu basa, kecuali Vibrio cholerae yang dapat hidup pada pH lebih dari 8. Suhu juga merupakan variabel yang perlu dikendalikan. Kelompok terbesar yaitu mesofil, suh optimum untuk pertumbuhannya 20-40oC (Suryanto, 2006).
Pada percobaan ini, praktikan akan diajarkan tentang pembuatan berbagai macam media untuk pengembangbiakan mikroorganisme agar mikroorganisme tersebut dapat diteliti dalam laboratorium. Diharapkan dengan praktikum ini, mahasiswa mampu membuat media sendiri untuk menumbuhkan mikroorganisme guna penelitian.


B.       Tujuan pratikum
Adapun tujuan paratikum pembuatan media dan strilisasi yaitu untuk menegetahui cara pembuatan media dan membedakan petumbuhan mikroba dan mengatahui cara dan  macam-macam strilisasasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Sterilisasi
 Suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, jika ditumbuhkan di alam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembang baik dinamakan Sterilisasi . Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan. Sterilisasi ada beberapa cara diantaranya sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat “bejana/ruang panas” (oven dengan temperatur 170-1800C  dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas). Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin). Sterilisasi secara makanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sitem kerja filter, seperti pada saringan adalah melakukan seleksi terhadap pertikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (suriawiria, 2005).
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoclave uap yang mulai diangkat dengan menggunakan uap air jenuh pada suhu 1210C selama 15 menit. Adapun alasan digunakannya suhu 1210C itu disebabkan oleh tekanan 1 atm pada ketinggian permukaan laut. Autoclave merupakan alat yang essensial dalam setiap laboratorium mikrobiologi, ruang sterilisasi di rumah-rumah sakit serta tempat-tempat lain yang memproduksi produk steril. Pada umumnya (tidak selalu) autoclave dijalankan padaa tekanan kira-kira 15-16 per  (5 kg/cm2) pada suhu 1210C . Waktu yag diperlukan untuk sterilisasi bergantung pada sifat bahan yang disterilkan, tipe wadah dan volume bahan. Misalnya 1000 buah tabung reaksi yang masing-masing berisi 10 ml medium cair dapat disterilkan dalam waktu 10-15 menit pada suhu 1210C, sedangkan jumlah medium yang sama bila ditempatkan dalam wadah 10 wadah berukuran 1 liter akan membutuhkan 1 liter akan membutuhkan waktu 20-30 menit pada suhuyang sama untuk menjamin tercapainya sterilisasi (Pelczar dan Schan, 1992).
Antonie Van Leuwenhook adalah orang yang pertama kali melihat bakteri dengan menggunakan instrumen optik yang terdiri atas lensa bikonvens. Pada waktu itu ia menemukan bakteri dalam berbagai cairan, diantara cairan tubuh, air, ekstrak lada, serta bir. Penemuan mikroskop pada waktu itu membuka peluang unttuk dilakukannya penelitian mengenai proses terjadinya fermentasi dan penemuan jasad renik penyebab penyakit (Ferdias, 1992).
 Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi (Indra, 2008) :
1. Sterilisasi mekanik/Filtrasi
Sterilisai secara mekanik (filtrasi) dikerjakan dalam suhu ruangan dan menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil ( 0.22 mikron atau 0.45 mikron ) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Sterilisasi ini ditujukan untuk bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi Fisik
Sterilsasi fisik dapat digunakan dengan cara pemanasan atau penyinaran. Terdapat empat macam sterilisasi dengan pemanasan :
a.  Pemijaran Api
membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b.  Panas kering
Sterilisasi panas kering yaitu sterilisasi dengan menggunakan udara panas. Karakteristik sterilisasi kering adalah menggunakan oven suhu tinggi (170-180’C) dengan waktu yang lama (1-3 jam). Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Sebelum dimasukkan ke dalam oven alat/bahan teresbut dibungkus, disumbat atau dimasukkan dalam wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi ketika dikeluarkan dari oven.
c. Uap panas
Konsep ini hampir sama dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap panas bertekanan (Autoclaving)
Alat yang digunakan adalah autoclave. Cara kerja alat ini adalah menggunakan uap panas dengan suhu 121oC selama 15 menit pada tekanan 1 atm. Sterilisasi uap tergantung pada:
1) alat/bahan harus dapat ditembus uap panas secara merata tanpa mengalami kerusakan
2) Kondisi steril harus bebas udara (vacum)
3) Suhu yang terukur harus mencapai 121oC dan dipertahankan selama 15 menit.

Bahan/alat yang tidak dapat disterilisasi dengan uap panas adalah serum, vitamin, antibiotik, dan enzim, pelarut organik, seperti fenol, buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS. Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya.
Prosedur dalam penggunaan autockave :
a)    Pelajari bagian-bagian autoclave dan fungsinya masing-masing.
b)   Tuangkan air suling ke dalam autoclave hingga batas yang dianjurkan.
c) Masukkan alat/bahan yang akan diserilkan, ditata sedemikian rupa sehingga uap air secara merata dapat menembus alat/bahan yang akan disterilkan tersebut.
d)   Tutup autoclave dan hidupkan alat. Perhatikan tahap kenaikan suhu dan tekanan pada autoclave. Tunggu hingga alat mencapai suhu 121oC selama 15 menit. Autoclave akan otomatis membunyikan alarm, jika proses sterilisasi sudah selesai.
e) Hindari membuka tutup autoclave begitu proses sterilisasi selesai, tunggu sampai tekanan dan suhunya turun.
Sterilisasi fisik dengan penyinaran dapat dengan menggunakan sinar Ultra Violet (Riantini, 2001)
3. Sterilisasi kimiawi
Digunakan pada alat/bahan yang tidak tahan panas atau untuk kondisi aseptis (Sterilisasi meja kerja dan tangan). Bahan kimia yang dapat digunakan adalah Alkohol, asam parasetat, formaldehid dll.
B.  Media Agar
Media agar merupakan bahan nutrisi yang disiapkan untuk pertumbuhan mikroba.  Agar - agar merupakan kompleks merupakan kompleks polisakarida, dihasilkan oleh alga laut dan digunakan untuk pemadat pada makanan. Keunggulan agar yaitu mencair pada suhu yang sama dengan air, namun tetap dalam keadaan cair sampain suhu 40oC (Munir, 2006).
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan - bahan kompleks lainnya (Munir, 2006).

C.   Nutrien
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru” (Arfiandi. 2009).
Tiap sel harus mensintesis sendiri konstituen tubuhnya dari zat-zat sederhana yang ditemukan dalam lingkungannya. Kebanyakan dari zat-zat ini berupa makanan dalam bentuk suspensi atau larutan yang ditemukan dalam air laut, sungai, danau, air selokan, atau bahan-bahan organik lain yang mengalami penguraian, dan sebagainya. Sifat kimia dan fisika dari habitat ini menentukan jenis organisme yang dapat tumbuh atau hidup di lingkungan itu (Widya. 2009).
D.      Media
Media adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan yang dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme juga merupakan mahluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan medium yang harus mengandung semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya, yaitu antara lain senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin). Medium digunakan untuk melihat gerakan dari suatu gerakan mikroorganisme apakah bersifat motil atau non motil, medium ini ditambahkan bahan pemadat 50% (Sutarma,2000).
Secara umum medium dapat dibedakan atas medium alami maksudnya medium yang murni berasal dari alam, medium semi buatan yaitu campuran bahan-bahan kimia dan bahan alami, sedangkan medium buataan adalah medium yang seluruhnya dibuat oleh manusia. Menurut Yusuf Hidayat (2000) Berdasarkan konsistensi atau kepadatannya, medium dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Medium padat (solid medium) yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga    setelah dingin media menjadi padat.
2. Medium setengah padat (semi solid medium) yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semi solid akan membentuk cincin hijau kebiruan dibawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media.
3. Medium cair (liquid medium) yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
4. Medium semi solid dan solid menggunakan bahan pemadat (seperti amilum, gelatin, selulosa dan agar-agar). Untuk medium padat/solid kita dapat menggunakan agar-agar dengan kadar 1,5%-1,8%, dan pada medium  semi solid  kadarnya setengah dari medium  padat,  sedangkan  pada  medium cair  tidak  diperlukan  pemadat. (Yusuf Hidayat,2000)
E.  Jenis-jenis Bakteri
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks. (Filzahazny, 2008)


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.  Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai pembuatan media dan strilisasi dilaksanakan pada hari Kamis, 04 Mei 2017 pukul 08.00-09.50 WIB di Laboratorium Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

B.  Alat dan Bahan
1.    Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum mengenai pembiakan mikroorganisme, yaitu:gelas ukur, pipet tetes, kertas almunium, tabung reaksi, autoklaf, elemeyer, aquades, kapas, kaca pemgaduk. kompor gas atau/listrik.

2.    Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum mengenai pembuatan media dan strilisasi yaitu , almunium foil, alhkohol, kentang 200g dextrosa/gula, agar-agar.

C.  Cara Kerja
1.    Pembuatan media
a)    Buat ektrak daging (daging di rebus dalam air 1000 ml, hingga volume air menjadi setengah atau di rebus selam 1-2 jam.
b)   Saring extra daging dengan kertas saring, kemudia tambahkan aquades hingga volume menjadi 1000 ml.
c)    Masukan pepton dan agar-agar dan diaduk saapai homogeny.
d)   Baiatrkan di atas api sampai hampir mendidih.
e)    Masukan kedalam tabung sebanyak 5 ml untuk agr miring  dan simpan dalam elemeyer.
f)    Semua tabung dan elemeyer ang berisi medium ditutup dengan kapas dan almunium foil.
g)   Strilkan dengan autoklaf
h)   Setelah di strikan tabung reaksi yang berisi 5 ml dimiringkan untuk media agar miring dan di elemeyer di simpan dalam incubator/ water bath.
2.    Strilisasi fisika autoklaf
a)    Sebelum di hidupkan perikasa dulu autoklaf sudah bersih tau belum
b)   Isi air dalam alat sebatas sarangan
c)    Masukan bahan yang akan di strikan .
d)   Tutup covernya dengan mecocokan tanda kuncinya.
e)    Rapatkan kunci-kunci secara diagonal sampai rapat betul posisi alat pada higt.
f)    Tekan power /on dengan meutup kutup agar up air tidak keluar.
g)   Bila tekanan sudah samapai tanda 15 tekanan sudah mencapai 121 derajat c atau coution.
h)   Bila sudah 15 menit, maka kutup di buka, bersamaan dengan ini maiak power
i)     Bila alat dalam posisi 0, maka bukak kutub biarkan alat dingin dulu.
j)     Buka metal to metal secara diaginal. Ambil hasil strilnya lihat indikator autoklaf.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil
1.      Cara kerja pembauatan media
a.      pembauatan media EMBA
1). 9,375 gr embadimasukan dalam elemeyer
2). Tambahkan 250 ml aqudes
3).  Panaskan mengguanakan hot plate dan sabil di aduk
4). Tunggu samapai mendidih
5). Tutup mulut elemeyer mengguanakan kapas dan lapisan dengan almunium foil
6). Media yang sudah siap di strilkan kembali kedalam autoklaf
b.      Pembauatan media SSA
1). 15,75 gr embadimasukan dalam elemeyer
2). Tambahkan 250 ml aqudes
3).  Panaskan mengguanakan hot plate dan sabil di aduk
4). Tunggu samapai mendidih
5). Tutup mulut elemeyer mengguanakan kapas dan lapisan dengan almunium foil
6). Media yang sudah siap di strilkan kembali kedalam autoklaf

B.  Pembahasan
Yang dimaksud sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau didalam suatu benda. Sterilisasi alat–alat laboratorium untuk pengamatan mikroba sebelum digunakan adalah penting, cara yang salah satu yang dapat digunakan adalah Autoclave.
Menurut Melianti (2011), Autoclave adalah cara sterilisasi dengan menggunakan uap bertekanan panas. Autoclave merupakan sebuah alat yang terdiri atas suatu bejana yang tahan terhadap tekanan tinggi yang dilengkapi manometer (barometer), termometer dan klab bahaya. Prinsip kerja alat ini sama dengan prinsip kerja kukusan hanya saja memiliki tekanan sehingga menghasilkan panas yang lebih tinggi. Dalam pratikum  ini kita telah mengenal beberapa alat mikroba yang dimana alat–alat tersebut mempunyai peranan masing–masing. Seperti cawan petri dan erlenmeyer yang dapat kita gunakan untuk peletakan media. Tabung reaksi yang berguna untuk meletakkan agar miring, dan untuk meletakan tabung ini kita bisa menggunakan rak tabung reaksi. Mikropipet dan pipet hisap yang dapat kita gunakan untuk mengambil suspensi mikroba, yang dapat dibantu oleh bluetip dan yellowtip. Untuk membuat wilayah steril kita dapat menggunakan lampu bunsen. Untuk mengaduk sample kita dapat menggunakan spatula dan magnetic stirer serta shaker. Untuk steril media kita dapat menggunakan autoclave dan oven, dan inkubator dapat digunakan untuk menginkubasi media dengan suhu ruang. Dalam sterilisasi yang menggunakan autoclave kita menggunakan suhu 121°C, ini dikarenakan pada suhu ini mikroorganisme sudah mati. Pada sterilisasi alat dibutuhkan waktu 20–30 menit, dan untuk bahan 15 menit. Pada waktu sterilisasi alat dan bahan terdapat perbedaan waktu, ini di karenakan besar tekanan yang digunakan tergantung pada macam bahan dan alat yang disterilkan, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan.
Dalam percobaan ini mungkin saja teradi faktor kesalahan, contohnya seperti pada saat pembukusan cawan petri mungkin saja akan salah pembukusan dan terbaliknya cawan petri. Bahan-bahan yang biasa  disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan yang umum, air suling, peralatan laboratorium, biakan yang akan dibuang, medium tercemar, dan bahan-bahan dari karet. Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah,yaitu :
1.    Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang autoklaf (sterilisator).
2.       Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkenah  iuap, karena itu tabung dan labu kosong harus  diletakan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap di dasarnya.
3.      Bahan-bahan yang berpori atau berbentuk cairan harus permeable terhadap uap.
4.      Suhu sebagaimana yang terukur oleh termometerharus mencapai121°C dan dipertahankansetinggi itu selama 15 menit.
Sterilisasi dapat berjalan baik bilamana seorang praktikan sebelumnya telah dibekali dengan pengetahuan mengenai pengenal analat  sehingga pada praktikum ini tujuan sterilisasi dapat tercapai dan peralatan serta bahan yang disterilisasi tersebut tidak rusak dan juga dapat dengan tepat mengambil keeputusan metodesterilisasi yang akan dipakai. Media adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan yang dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme. Media yang digunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme haruslah memenuhi syarat. Syarat-syarat  yang harus dipenuhi oleh media adalah mengandung nutrien, pH-nya sesuai, alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan harus steril, dan memiliki tekanan osmotik yang sesuai.
Menurut Arfiandi (2009), Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Maka dari itu nutrien menjadi syarat yang harus dipenuhi oleh media. Kita juga harus menyesuaikan pH media yang akan digunakan dengan mikroorganisme yang akan kita pelihara ataupun kita kembangbiakkan. Karena jika pH-nya tidak sesuai dengan mikroorganisme maka mikroorganisme tidak akan mampu hidup dan berkembang dengan baik.
Alat dan bahan yang digunakan pun juga harus steril agar tidak terkontaminasi dengan zat-zat yang tidak kita inginkan yang bisa menggagalkan penelitian kita. Media juga harus memiliki tekanan osmotik yang sesuai dengan mikroorganisme yang akan kita kita pelihara ataupun kita kembangbiakkan. Jika semua syarat itu bisa dipenuhi maka media itu baik untuk digunakan.
Media agar merupakan bahan nutrisi yang disiapkan untuk pertumbuhan mikroba.  Agar - agar merupakan kompleks merupakan kompleks polisakarida, dihasilkan oleh alga laut dan digunakan untuk pemadat pada makanan. Pada praktikum ini agar yang digunakan adalah agar swalow yang dicampur dengan kaldu ikan nila. Alasan menggunakan kaldu ikan nila karena didalamnya mengandung asam amino.






BAB V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari percobaan ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Sterilisasi adalah suatu perlakuan membebaskan benda yang akan digunakan dari mikroorganisme kontaminan. Metode sterilisasi antara lain secara fisik, kimia, dan mekanik.  Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan menggunakan udara panas atau uap air panas dengan tekanan tinggi dengan temperatur uap 1210C. Sterilisasi secara kimia menggunakan desinfektans, larutan alkohol, larutan formalin latutan AMC, karena dapat membunuh mikroba dengan tekanan osmotiknya.  Sterilisasi secara mekanik yaitu menggunakan saringan atau filter. Kesimpulan yang didapat pada praktikum pembuatan media agar ini adalah sebagai berikut: Alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat media haruslah steril.  Media harus mengandung nutrien. Media harus memiliki pH dan osmotik yang sesuai dengan mikroorganisme. Media agar digunakan untuk memelihara dan pertumbuhan mikroorganisme.


B.       Saran
Sebaiknya saat praktikum alatnya di perbanyak sehingga semua praktikan mencoba sendiri-sendiri. Karena jika praktikan bisa mencoba sendiri-sendiri itu lebih mudah untuk dipahami.




DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D.2005. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta.           

Ferdias.1992.Sterilisasi.(onlin).http://www.academia.edu/directory/educationnad_training/secondary. diakses pada tanggal 17 Mei 2017.

Hadioetomo. Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.

Indra. 2008.Mikrobiologi dan ParasitologiI. PT. Citra AdityaBakti; Bandung.

Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. JICA, Malang.

Mellianti. 2011. Rekayasa Bioproses. palembang polsri.

Rianti.2001. strilisasi secara fisika. http://www.ed.uiuc./mikrobiologi/sterilisasi-secara-fisika/html.  Diakses pada tannga 17 Mei 2017.





No comments:

Post a Comment